INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (15/11/2013) ditutup melemah 70 poin (0,60%) ke posisi 11.605/11.635 dari posisi kemarin 11.535/11.550.
Analis senior Monex Investindo Futures, Albertus Christian mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah seiring juga dengan pelemahan nilai tukar berbagai mata uang di Asia. Meski ada komentar yang dovish (pro moneter longgar) dari calon tunggal Gubernur The Fed Janet Yellen, pasar mengindikasikan kekhawatiran capital outflow dari sejumlah negara berkembang di Asia.
Kekhawatiran itu muncul akibat ketidakpastian kapan The Fed mulai menjalankan tapering-nya. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 11.620 dengan level terkuat 11.510 per dolar AS dari posisi pembukaan 11.520," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (15/11/2013).
Lebih jauh Christian menjelaskan, Yellen dan anggota senat AS mengakui, stimulus The Fed pada titik tertentu akan dihentikan. Tapi di sisi lain, penarikan stimulus yang terlalu dini akan berisko bagi laju pemulihan ekonomi AS yang sedang rapuh.
Yelen mengakui stimulus tidak akan berjalan selamanya sehingga kapan tapering akan dijalankan menjadi tidak pasti. Sejauh ini, tapering tetap akan terjadi tapi waktunya yang belum jelas kapan apakah pada Desember, awal 2014 atau Maret 2014.
"Ketidakpastikan inilah yang menyebabkan arus capital outflow dari sejumlah negara berkembang terutama yang memiliki fundamental ekonom masih lemah," tandas dia.
Selain dari eksternal, mata uang rupiah secara umum masih tertekan akibat ketidakpastian paket kebijakan di dalam negeri yang dijanjikan oleh Menteri Keuangan Chatib Basri. "Masalahnya, hingga saat ini belum jelas kapan implementasi paket kebijakan tersebut," tuturnya.
Antara lain, kata dia, kebijakan untuk mengurangi tekanan defisit. Kenaikan BI rate yang agresif saat ini memperlambat ekonomi. Akan tetapi, laju pelemahan rupiah tidak terbendung.
"Ini mencerminkan keraguan pelaku pasar atas paket kebijakan ekomomi dari pemerintah Indonesia yang belum jelas diimplementasikan," ucapnya.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS menguat 0,14% ke posisi 81,19 dari sebelumnya 81,03. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3436 dari sebelumnya US$1,3456 per euro," imbuh Christian.