INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (28/1/2014) ditutup menguat 40 poin (0,32%) ke posisi 12.185/12.295 dari posisi kemarin 12.225/12.235.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh adanya sedikit kelegaan terhadap penularan krisis di negara-negara berkembang (emerging market). Kelegaan ini, kata dia, muncul setelah adanya rencana bailout dari Bank Sentral Turki atas pelemahan mata uangnya, lira.
"Karena itu, rupiah ditutup di level terkuatnya 12.185 setelah mencapai level terlemahnya 12.260 dari posisi pembukaan di level 12.235 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Bank Sentral Turki Selasa ini, lanjut dia, mengadakan pertemuan darurat. "Salah satu rencananya adalah menaikkan tingkat suku bunga acuan untuk meredam arus capital outflow," tuturnya.
Selain itu, kata dia, ada juga harapan-harapan di pasar atas kebijakan-kebijakan tambahan yang akan diambil oleh beberapa bank sentral negara berkembang yang mata uangnya mengalami pelemahan tajam. "Semua itu, berpangkal dari tapering The Fed sehingga memicu krisis keuangan di beberapa negara emerging kunci sehingga memicu capital outflow," timpal dia.
Sementara itu, dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) sendiri yang berlangsung Selasa-Rabu ini, belum ada kabar terbaru. "Hanya saja, diekspektasikan The Fed akan mengambil kebijakan pengurangan stimulusnya lebih lanjut sebesar US$10 miliar," tuturnya.
Jika ternyata di bawah angka tersebut, justru akan memicu respons sebaliknya yaitu pelemahan nilai tukar dolar AS. "Tapi, fokus pasar lebih pada mata uang lira Turki," tandas dia.
Di sisi lain, lanjut dia, dari Eropa pasar mendapatkan kejutan positif dari rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris. Angkanya berada di atas ekspektasi 0,6% menjadi 0,7%.
"Ini memicu harapan-harapan perbaikan ekonomi. Meskipun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan publikasi sebelumnya 0,8%," tuturnya.
Apalagi, kata Christian, ada upaya dari pemerintah Argentina dan Turki untuk meredam pelemahan mata uangnya. "Jadi, ini sebenarnya hanya masalah keyakinan investor terhadap pasar aset," imbuhnya.
Alhasil, rupiah menguat meski dolar AS juga menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS menguat ke 80,64 dari sebelumnya 80,48. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3651 dari sebelumnya US$1,3672 per euro," imbuh Christian.