korea by dewanti

Thursday, February 6, 2014

Krisis Utang Ancam Negara Berkembang?

INILAH.COM, New York - Krisis utang dan lanjutan krisis keuangan siap mengancam ekonomi global ke depan. Apa ciri-cirinya?
Pertumbuhan ekonomi di pasar negara berkembang menunjukkan perlambatan. Hal ini terjadi di Brasil, India dan China. Apalagi ada kekhawatiran krisis lanjutan sehingga dana asing keluar dari negara berkembang.
Investor telah menarik dananya hingga US$6,3 miliar dari pasar modal negara berkembang pad apekan lalu. Selain itu sebanyak US$2,6 miliar dari pasar obligasi di negara berkembang. Demikian mengutip data pengelola keuangan EPFR.
Analis percaya ini adalah bagian dari tren jangka panjang. Institute of International Finance memperkirakan arus masuk bersih ke negara berkembang turun menjadi US$181 miliar pada kuartal keempat 2013 lalu dari US$234 miliar di kuartal ketiga di tahun yang sama.
Pasar negara berkembang telah mengalami kejatuhan di pasar modal dan mata uang. Demikian juga dengan indeks MSCI negara berkembang turun 7,6 persen sejak awal tahun 2014 ini.
Sementara Kepala Riset makro ekonomi Eropa di RBS, Alberto Gallo menilai arus modal yang keluar dari negara seperti Brasil dan China menguatkan indikasi ancaman krisis utang.
Hal ini membuat bank mengerem kucuran kredit dan menaikkan suku bunga pinjaman. Namun dampaknya perusahaan akan sulit mencari kredit baru dan usahanya menjadi tidak berkembang.
Kesulitan mencari kredit merupakan salah satu indikasi suatu negara menuju badai krisis. Indikasi ini juga terlihat di Turki dan India. Bahkan berpotensi menular ke negara berkembang lainnya.
"Kami berada di awal krisis utang. Pelarian modal adalah tanda awal," katanya seperti mengutip cnbc.com.
RBS telah memiliki hasil riset tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi riil. Tingkat potensi gagal bayar utang, menurunnya merger dan akuisisi perusahaan di Brazil menunjukkan berpotensi krisis utang. Volume deal Brasil turun 7 persen menjadi US$62,7 miliar di tahun 2013 dari US$67,5 miliar.
"Tingkat inflasi pada tahun 2013 mencapai 5,9 persen dan pemerintah akan terganggu dengan menurunnya konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor inilah yang memberikan kontribusi berkurangnya kepentingan investasi asing di Brasil.