INILAHCOM, Jakarta Para pemodal di bursa saham disarankan merealisasikan keuntungan di awal pekan dan kembali masuk di tengah pekan. Mengapa?
Pada perdagangan Jumat (14/2/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 16,384 (0,36%) ke posisi 4.508,044. Intraday tertinggi di level 4.512,749 dan terendah 4.498,266.
Volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan net buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net sell.
Yusuf Nugraha, analis riset Trust Securities memperkirakan, secara teknikal IHSG berpeluang sideways sepekan ke depan. "Sebab, dalam tiga hari terakhir, kenaikan indeks masih tipis meskipun sudah tembus ke atas level 4.500," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu. "Di level ini, laju indeks berikutnya agak tertahan."
Apalagi, kata dia, jika melihat beberapa sektor saham, lajunya sudah mengalami kejenuhan. Karena itu, kenaikan indeks tertahan setelah tembus 4.500. "Saham-saham di sektor perbankan sudah jenuh beli setelah rilis kinerja mereka dirilis positif di 2013 sehingga rentan atas koreksi," tandas dia.
Begitu juga, lanjut Yusuf, dengan kenaikan saham-saham di sektor konsumer yang tertahan. Nasib serupa dengan saham-saham di sektor perkebunan yang menyentuh area jenuh beli (overbought). "Inilah yang jadi alasan mengapa IHSG tertahan antara 4.450-4.500 belakangan ini," ungkap dia.
Dia memperkirakan, untuk Senin (17/2/2014), pergerakan indeks akan berkisar pada support 4.499 hingga resistance 4.520. "Untuk sepekan ke depan, support indeks berada di level 4.490 dan 4.500 menjadi resistance-nya, karena memang laju indeks masih tertahan," tuturnya.
Sementara itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah sudah mulai menguat. Ini sebagai akibat dari BI yang mempertahankan BI rate. Sekarang, rupiah sudah berada di bawah 12.000 ke arah 11.800-an per dolar AS. "Ini jadi dukungan pada penguatan IHSG. Tapi, karena jenuh, indeks tak bisa menguat lebih jauh," timpal Yusuf.
Di sisi lain, dia menambahkan, kondisi global saat ini masih sangat tergantung pada kebijakan stimulus. Apalagi, beberapa mata uang negera berkembang mengalami pelemahan tajam di luar prediksi pasar seperti mata uang Argentina, India, dan Turki.
"India merespons-nya dengan menaikkan suku bunga. Ini berbeda dengan BI yang masih mempertahankan BI rate. BI melihat, kondisi makro ekonomi Indonesia mulai stabil. Kondisi-kondisi itu yang masih mempertahankan IHSG dalam kisaran 4.490-4.500 dalam sepekan ke depan," ucapnya.
Lebih jauh dia memperkirakan, jika 4.500 ditembus, IHSG berpotensi menguat maksimal ke 4.550 dalam sepekan ke depan. "Meski Jumat (14/2/2014) indeks sempat mencapai 4.512, level 4.500 tetap menjadi resistance sepekan ke depan," kata Yusuf tegas.
Dia atas semua itu, Yusuf menyarankan agar para pemodal mencermati juga kinerja emiten untuk full year 2013. "Sebab, masih banyak emiten yang belum merilis kinerjanya. Masih ada kemungkinan earnings season jadi sentimen positif untuk IHSG," ungkap dia.
Sebab, lanjut dia, beberapa emiten yang melaporkan kinerjanya 2013 seperti perbankan yang masih positif meski mengalami penurunan laju kredit. "Kinerja PT Kalbe Farma (KLBF) juga positif. Begitu juga dengan PT Waskita Karya (WSKT) yang ditopang oleh selisih kurs," tuturnya.
Dalam situasi ini, di awal pekan dia menyarankan jual saham terlebih dahulu. Baru, pada pertengahan pekan, kembali trading untuk akumulasi beli. "Untuk saham-saham pilihan, saya melihat tiga saham yang masih potensial naik yakni PT Mitra Adiperkasa (MAPI) dengan target harga Rp6.500-6.700," kata dia. Dia merekomendasikan beli saham MAPI karena masih jauh di bawah garis overbought sehingga potensial naik.
Lalu, PT Adaro Energy (ADRO) bisa dikoleksi untuk trading sepekan ke depan dengan peluang penguatan ke Rp985-1.015 dan PT Timah (TINS) dengan target Rp1.430-1.490 per saham. Saya rekomendasikan trading buy saham-saham tersebut. "Tiga saham itu yang masih punya peluang penguatan. Saya lihat, rata-rata saham lain sudah menunjukkan jenuh beli," imbuhnya.