SURABAYA, suaramerdeka.com - Memasuki tahun politik 2014, banyak kalangan memperkirakan bahwa kegiatan ekonomi bakal mengendor dan melambat. Tapi, manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tetap optimistis growth penjualan semen pabrikan ini bisa menyentuh 10 persen.
Hal itu dikatakan Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto beberapa hari lalu di Gresik. "Tahun 2014 nanti, kami yakin masih mampu tumbuh sebesar 10 persen. Tahun ini (2013), tingkat pertumbuhan kita sebesar 14 persen," kata Dwi.
Dwi mengutarakan, meski penjualan semen terkoreksi, tetapi tetap akan tumbuh selama pembangunan infrastruktur di Indonesia terus berjalan. Tahun ini akibat melemahnya ekonomi global, pertumbuhan penjualan semen secara nasional hanya 5,5 persen. Namun demikian, tahun ini Semen Indonesia menargetkan bisa mengekspor semen ke beberapa negara.
"Selama infrastruktur di Indonesia dan dunia terus berjalan, maka pasar semen tak akan turun. Memang sedikit terpengaruh, tapi tetap tumbuh," tambahnya.
Semen Indonesia Grup memiliki 4 titik pabrik dengan total produksi sebesar 29 juta ton pada 2013. Keempat pabrik itu adalah pabrik Semen Padang di Sumbar, Semen Gresik di Gresik dan Tuban, Jatim, pabrik Semen Tonasa di Sulsel, dan Thang Long Cement di Vietnam.
Dari ketiga pabriknya di Indonesia, Semen Indonesia memiliki kapasitas produksi sebesar 27 juta ton dan 2 juta ton tambahan dari Thang Long Cement Vietnam.
"Kini, tingkat market share Semen Indonesia secara nasional mencapai 44 persen," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia.
Selain itu, pabrikan semen ini sedang merencanakan pembangunan pabrik baru di Kabupaten Rembang, Jateng. Tingkat kapasitas produksinya 3 juta ton per tahun.
Dwi mengakui bahwa potret perkembangan ekonomi 2014 kondisinya menantang. Pada 2015 sudah diterapkan Asean Free Trade Agreement (AFTA).
"Banyak pengamat memprediksi pertumbuhan ke depan masih melambat karena terimbas situasi ekonomi 2013. Hal ini juga ditambah melemahnya komoditas dunia yang belum membaik yang ditandai kenaikan suku bunga sehingga investasi di Indonesia melambat. Ekonomi 2014 di mata investor sifatnya wait and see," katanya.
Kendati demikian, katanya, selama perencanaan proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta tetap ada dan berjalan, Dwi yakin penjualan dan permintaan semen tetap tumbuh signifikan. Semen Indonesia sendiri menargetkan mampu tumbuh dua digit di 2014 nanti. "Yang penting proyek infrastruktur tetap berjalan dan on schedule," ingat Dwi Soetjipto.
Hal itu dikatakan Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto beberapa hari lalu di Gresik. "Tahun 2014 nanti, kami yakin masih mampu tumbuh sebesar 10 persen. Tahun ini (2013), tingkat pertumbuhan kita sebesar 14 persen," kata Dwi.
Dwi mengutarakan, meski penjualan semen terkoreksi, tetapi tetap akan tumbuh selama pembangunan infrastruktur di Indonesia terus berjalan. Tahun ini akibat melemahnya ekonomi global, pertumbuhan penjualan semen secara nasional hanya 5,5 persen. Namun demikian, tahun ini Semen Indonesia menargetkan bisa mengekspor semen ke beberapa negara.
"Selama infrastruktur di Indonesia dan dunia terus berjalan, maka pasar semen tak akan turun. Memang sedikit terpengaruh, tapi tetap tumbuh," tambahnya.
Semen Indonesia Grup memiliki 4 titik pabrik dengan total produksi sebesar 29 juta ton pada 2013. Keempat pabrik itu adalah pabrik Semen Padang di Sumbar, Semen Gresik di Gresik dan Tuban, Jatim, pabrik Semen Tonasa di Sulsel, dan Thang Long Cement di Vietnam.
Dari ketiga pabriknya di Indonesia, Semen Indonesia memiliki kapasitas produksi sebesar 27 juta ton dan 2 juta ton tambahan dari Thang Long Cement Vietnam.
"Kini, tingkat market share Semen Indonesia secara nasional mencapai 44 persen," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia.
Selain itu, pabrikan semen ini sedang merencanakan pembangunan pabrik baru di Kabupaten Rembang, Jateng. Tingkat kapasitas produksinya 3 juta ton per tahun.
Dwi mengakui bahwa potret perkembangan ekonomi 2014 kondisinya menantang. Pada 2015 sudah diterapkan Asean Free Trade Agreement (AFTA).
"Banyak pengamat memprediksi pertumbuhan ke depan masih melambat karena terimbas situasi ekonomi 2013. Hal ini juga ditambah melemahnya komoditas dunia yang belum membaik yang ditandai kenaikan suku bunga sehingga investasi di Indonesia melambat. Ekonomi 2014 di mata investor sifatnya wait and see," katanya.
Kendati demikian, katanya, selama perencanaan proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta tetap ada dan berjalan, Dwi yakin penjualan dan permintaan semen tetap tumbuh signifikan. Semen Indonesia sendiri menargetkan mampu tumbuh dua digit di 2014 nanti. "Yang penting proyek infrastruktur tetap berjalan dan on schedule," ingat Dwi Soetjipto.