INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (10/1/2014) diprediksi menguat. Namun, akan terbatasi oleh rilis data tenaga kerja AS nanti malam.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, Jumat ini rupiah berpeluang konsolidasi. Sebab, para investor menunggu laporan non-farm payrolls AS pada Jumat malam.
Setelah mendapatkan laporan tenaga kerja ADP yang naik ke level 238 ribu, melampaui estimasi 199 ribu, kemungkinan non-farm payrolls AS juga menunjukkan angka yang solid di atas 200 ribu. "Begitu juga dengan tingkat pengangguran AS. Intinya, pasar fokus pada pasar tenaga kerja AS," katanya kepada INILAH.COM.
Kondisi itu, lanjut dia, berisiko untuk menekan rupiah. "Jadi, rupiah menguat terbatas setelah BI rate dipertahankan di level 7,5% kemarin sore. Tapi, setelah itu penguatan rupiah akan tertahan di 12.155-12.100 dan justru ada risiko pelemahan hingga 12.235 yang menjadi kisaran perdagangan Jumat ini," ujarnya.
Menurut Christian, rupiah akan bolak-balik dalam kisaran yang mungkin lebih lebar. "China juga hari ini akan merilis data neraca perdagangan yang sudah diprediksi memburuk di mana surplusnya berkurang ke US$32,6 miliar dari sebelumnya 33,8 miliar," ucapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, capital inflow akan terjadi bersamaan dengan meningkatnya permintaan impor China dan AS. Data neraca perdaganan Indonesia juga akan mempengaruhi. "Jika nanti pertumbuhan ekonomi AS semakin membaik hingga 2015 seharusnya capital outflow bisa kembali menjadi capital inflow," tuturnya.
Hanya saja, untuk jangka pendek dia menggarisbawahi, rupiah masih berada dalam tekanan hingga kondisi defisit yang sudah membaik secara signifikan. "Secara umum, setidaknya pada semester II-2014, rupiah berpeluang mulai menguat," ungkap dia.
Akan tetapi, lagi dia menggarisbawahi, penguatan rupiah tidak akan terjadi jika kondisi defisit neraca perdagangan Indonesia tidak juga membaik pada kuartal I-2014. BI Rate juga masih akan tetap dinaikkan sehingga menambah beban bagi perekonomian dan capital outflow belum akan kembali. "Kunci yang krusial adalah kuartal I ini," tandas dia.
Selebihnya, Christian mengatakan, meski BI mempertahanakan BI rate di level 7,5%, pasar mengantisipasi kenaikan BI rate jika nanti rupiah terus melemah. Apalagi, dari eksternal, prospek tapering masih akan terus berlanjut jika melihat hasil Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir.
Dengan adanya risiko pelemahan nilai tukar rupiah dan jika defisit tidak membaik sesuai ekspektasi masih ada potensi kenaikan BI rate kembali. "Hal ini bisa menyebabkan membaiknya permintaan terhadap rupiah, tapi hanya bersifat sementara," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (9/1/2013) ditutup menguat 40 poin (0,32%) ke posisi 12.185/12.195.