INILAHCOM, Jakarta - Data ekonomi menggambarkan pertumbuhan ekonomi akan melambat untuk perkonomian China. Dengan pertumbuhan kredit yang agresit berpotensi mengulang kesalahan Lehman Brothers.
Sebab, data tersebut menunjukkan aktivitas manufaktur terus mengalami kontraksi. Pengamat ekonomi, Andy Xie mengatakan China saat ini sedang menghadapi credit event atau krisis Lehman.
Krisis yang terjadi akibat runtuhnya bank investasi AS pada tahun 2008. Kondisi ini memberikan kontribusi terhadap krisis keuangan global.
"Ketika kredit menggelembung, ekonomi akan berada dalam kondisi yang sulit untuk waktu yang lama," ujar Andy.
"Namun China berada dalam kondisi yang lebih baik daripada kebanyakan. Karena China masih memiliki mesin ekspor yang tergantung pada permintaan global. Konsumsi rumah tangga merupakan bagian kecil dari GDP," katanya, Jumat (4/4/2014) seperti mengutip cnbc.com.
Ia juga memprediksi pertumbuhan China tidak akan mencapai target sebesar 7,5 % tahun ini. Tahun lalu ekonomi China tumbuh 7,7% dibandingkan dengan pada kuartal ketiga yang tumbuh sebesar 7,8%.
Dalam kesempatan itu,Xie mengungkapkan langkah-langkah stimulus China untuk meningkatkan perekonomian. Langkah itu juga untuk meningkatkan sentimen.
"Apa yang saya lihat adalah apa pun langkah-langkah stimulus keluar selama beberapa bulan ke depan dan tahun-tahun kebanyakan untuk menstabilkan sentimen," tuturnya.