korea by dewanti

Friday, May 9, 2014

Cuaca Ekstrem Siap Dongkrak Saham CPO

INILAHCOM, Jakarta – Cuaca ekstrem seperti lanina dan elnino diprediksi berpengaruh pada berkurangnya produksi CPO. Harganya pun bakal terdongkrak dan jadi santimen positif bagi saham-sahamnya. Dua saham dijagokan.
Pada perdagangan Kamis (8/5/2014), saham PT Astra Agro Lestari (AALI) ditutup melemah Rp200 (0,7%) ke posisi Rp29.025 dan saham PT London Sumatera (LSIP) menguat Rp5 (0,2%) ke Rp2.420 per saham.
Viviet S Putri, analis AMCapital Securities mengatakan, pada kuartal I-2014, saham-saham Crude Palm Oil (CPO) diuntungkan oleh cuaca 'la nina' yang dimulai akhir 2013 dan berlanjut hingga awal 2014. "Akibatnya, produksi tandan buah segar dari kelapa sawit turun signifikan dan suplai di pasar berkurang," katanya kepada INILAHCOM.
Kalimantan alami kekeringan parah sehingga terjadi kebakaran. Pada saat yang sama, produsen CPO di Indonesia mulai melakukan switching produknya sebagian ke refinery (pengolahan) menjadi olein oil. "Kondisi ini mendongkrak harga jual rata-rata CPO sehingga laba emiten-emiten CPO berada di atas ekspektasi para analis," ujarnya.
Akan tetapi, lanjut dia, pada saat kinerja emiten CPO dirilis, orang-orang justru merealisasikan keuntungan.
Pada Mei 2014, lebih jauh Viviet menjelaskan, kondisinya sama karena industri ini menghadapi badai el-nino parah yang terjadi empat tahun sekali. Badai ini biasanya terjadi pada periode Mei, Juni, atau Juli. "Jadi, cuacanya serba ekstrem. Belum lagi dengan dampak dari kuartal satu yang terbawa ke kuartal II-2014," ungkap dia.
Dengan kondisi cuaca yang ekstrem seperti itu, dia memperkirakan, harga komoditas CPO bisa menguat ke RM2.650 per ton di NPOG Malaysia atau US$950 per tron di Roterdam, Belanda untuk 2014.
Di atas semua itu, untuk saham pilihan di sektor CPO, salah satunya yang Viviet sukati adalah saham PT Astra Agro Lestari (AALI). "Sebab, emiten ini sudah masuk ke produk olahan (refinery) dan sudah berproduksi sejak awal 2014, mulai dari minyak goreng, olein, atau stearin," ucapnya.
Kedua, PT London Sumatera Plantation (LSIP). "Karena sahamnya dimiliki PT Salim Ivomas Pratama (SIMP), LSIP tidak terlalu terkena dampak dari keharusan untuk pembuatan pabrik olahan (refinery). Sebab, produk mentah sawitnya langsung dijual ke refinery yang dimiliki SIMP. Dua saham itu yang saat ini menjadi jagoanku," papar dia.
Viviet merekomendasikan maintained hold untuk AALI karena kenaikannya sudah cukup tinggi. Sebab, pada saat harga di Rp29.400 pada 2013, target harganya di Rp31.050. "Saya rekomendasikan buy untuk LSIP dengan target harga 2014 di Rp2.525," tandas dia.
Dia menegaskan, target harga tersebut setara dengan target Price to Earnings Ratio (PER) 2014 di 11,4 kali untuk LSIP dan 20,7 kali untuk AALI.