korea by dewanti

Thursday, June 26, 2014

Konflik Jelang Pilpres Bawa Dolar AS Melonjak ke 12.000/US$

Jakarta -Nilai tukar rupiah seakan tak mampu menunjukkan kekuataan atas dolar Amerika Serikat (AS). Beberapa hari terakhir, dolar AS naik tinggi hingga level 12.000/US$.
Penyebabnya bila diasumsikan secara fundamental memang tak jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ada perihal lonjakan impor, pembayaran utang jatuh tempo dan repatriasi perusahaan. Semuanya berpengaruh besar atas peningkatan kebutuhan dolar di tanah air.
Akan tetapi dari sisi non fundamental, ada unsur lain yang memaksa pelemahan rupiah. Adalah kondisi poilitik Indonesia yang kian memanas jelas pemilihan umum presiden pada 9 Juli mendatang.
"Ada persepsi yang mempengaruhi investor di pasar, terkait masalah yang kekhawatiran keributan oleh pendukung fanatik-fanatik dari kedua capres," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti kepada detikFinance, Kamis (26/6/2014)
Dibandingkan dengan faktor fundamental, memang porsi pengaruh dari masalah ini belum terlalu signifikan. Akan tetapi, ini bisa menjadi kondisi yang membahayakan bagi pergerakan rupiah kedepannya.
Apalagi dengan kondisi pasar keuangan yang belum terlalu dalam. Sehingga bila terjadi sedikit gejolak akibat sentimen negatif, rupiah akan langsung tertekan.
"Itu memang situasi yang tidak menguntungkan buat rupiah, karena juga memang volume tradingnya sangat dangkal. Jadi kalau ada goncangan sedikit saja maka langsung berpengaruh," jelasnya.
Dolar AS dapat dikatakan sesuai dengan fundamental saat ini berkisar pada 11.500/US$. Akan tetapi sebelumnya juga tidak ditutup kemungkinan akan mencapai 12.000/US$ dengan beberapa faktor tadi.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengutarakan hal yang senada. Untuk itu pemerintah harus dapat memastikan keamanan di dalam negeri. Karena ada unsur persepsi risiko investasi oleh investor.
Sekarang Indonesia sudah dipersepsi cukup baik oleh kalangan investor. Tentunya juga ditopang oleh penyelengaraan pemilihan umum legislatif (pileg) pada 9 April yang lalu. Namun kedepan itu perlu dilanjutkan.
"Fokus saja menjaga keamanan. Jadi kalau isu seperti kerusuhan. Jadi pemerintah harus fokus untuk kemanan dan memastikan agar tidak merembet ke daerah-daerah lain," ujar Lana.
Dari sisi Bank Indonesia (BI) menurut Lana memang tak bisa berbuat banyak untuk menahan laju pelemahan rupiah. Karena ada keterbatasan untuk melakukan intervensi. Beberapa hari terakhir, intervensi terbesar terlihat hanya pada obligasi.
"Intervensi sangat terbatas. Sekarang penempatan di obligasi lebih banyak supaya tidak terlalu banyak investor yang akhirnya mengkonversi dari rupiah ke dolar," tukasnya. (detik.com)