INILAH.COM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 2,31%. Tidak suksesnya pencapaian target lelang obligasi menjadi salah satu pemicunya. Seperti apa?
Berdasrkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), dalam sepekan terakhir rupiah melemah 271 poin (2,31%) ke posisi 11.977 per 29 November 2013 dibandingkan akhir pekan sebelumya, 22 November di level 11.706 per dolar AS.
Reza Priyambada, kepala riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah dalam sepekan terakhir. "Mulai pulihnya kondisi ekonomi AS ternyata tidak sepenuhnya memberikan imbas positif," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (1/12/2013).
Tengok bagaimana laju dolar AS yang terus mengalami kenaikan dan laju rupiah pun mau tidak mau terlibas dengan kondisi tersebut. "Pelemahan rupiah juga seiring laju pelemahan hard currency lainnya di awal pekan," ujarnya.
Antara lain, setelah dirilis penurunan BBA mortgage approvals. Begitu juga dengan pelemahan euro dan yuan China seiring bank sentral masing-masing yang masih ingin mempertahankan suku bunga rendahnya. "Semua itu, membuat laju rupiah terperangkap dalam pelemahannya," papar dia.
Reza menegaskan, laju dolar AS memang sempat mengalami pelemahan dibandingkan dengan mata uang yen Jepang pasca rilis komentar beberapa pejabat Bank of Japan (BoJ) yang mengatakan masih adanya risiko dan ketidakpastian pada ekonomi Jepang. "Namun demikian, tetap saja rupiah bergerak melemah," timpal dia.
Bahkan, lanjut Reza, sentimen positif dari terapresiasinya euro setelah People's Bank of China (PBoC) mengangap pentingnya mengatur cadangan devisa dalam bentuk Euro juga tidak berpengaruh pada pelemahan rupiah.
Lalu, tidak tercapainya target lelang obligasi Pemerintah dalam bentuk dolar AS turut menekan rupiah. "Pemerintah menargetkan lelang dapat tercapai senilai US$450 juta, namun yang tercapai hanya US$190 juta," ungkap dia.
Hingga akhir pekan, lanjutnya, laju rupiah bukannya membaik malah tambah tidak menarik. "Padahal laju euro bergerak positif seiring rilis tercapainya kesepakatan koalisi terhadap peningkatan upah dan pengeluaran tanpa menambah pajak sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan permintaan untuk aset daerah," papar dia.
Selain itu, lanjut dia, penilaian pelaku pasar terhadap neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia karena jelang akhir bulan ini turut menambah sentimen pelemahan rupiah. "Euro yang melaju positif mengalahkan dolar AS seiring rilis inflasi tahunan Jerman yang mengalami akselerasi dan dapat mengimbangi sentimen dari perkiraan langkah European Central Bank (ECB) yang akan melonggarkan kebijakan moneternya juga tidak banyak berpengaruh terhadap laju rupiah," tuturnya.
Rilis data-data AS yang terus menunjukkan perbaikan membuat sentimen tappering off stimulus The Fed semakin besar. Akibatnya, permintaan dolar AS terus mengalami kenaikan dan berimbas pada pelemahan nilai tukar rupiah.