INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, IHSG menguat 1,23%. Salah satu katalisnya adalah pembelian saham oleh investor asing yang membengkak sejak awal tahun. Seperti apa?
IHSG selama sepekan kemarin mengalami penguatan 59,38 poin (1,23%)atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang melemah 58,88 poin (-1,20%). Semua indeks utama mayoritas menguat yang dipimpin indeks ISSI (1,57%) diikuti indeks JII (1,50%), indeks IDX30 (1,46%), dan indeks utama lainnya.
Sementara indeks sektoral bergerak menguat dimana indeks pertambangan naik +3,42%; diikuti indeks industri dasar (+2,86%) dan indeks properti (+2,18%). Sementara pelemahan hanya dialami oleh indeks aneka perdagangan (-0,22%).
"IHSG mampu berbalik menghijau sepanjang sepekan kemarin. Pelemahan yang terjadi di pekan sebelumnya akhirnya tidak berlanjut di pekan kemarin yang merupakan pekan pertama di bulan Mei," kata Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities kepada INILAHCOM, di Jakarta, akhir pekan ini.
Memang, kata dia, volume transaksi terlihat ada penurunan meski tipis seiring aksi pelaku pasar yang tampaknya mulai wait & see memasuki bulan Mei. 'Akan tetapi, masih adanya rilis positif dari data-data ekonomi dalam negeri dapat membuat IHSG berbalik di zona hijau," ujarnya.
Sepanjang pekan kemarin, asing kembali tercatat net buy Rp1,1 triliun dibandingkan pekan sebelumnya yang net sell sebesar Rp-955,97 miliar. Jika dihitung sejak awal tahunsampai dengan pekan kemarin,posisi asing tercatat net buy senilai Rp32,87 triliun lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang netbuy Rp31,77 triliun.
Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang tumbuh 5,21% secara tahunan, di bawah estimasi dan variatifnya laju bursa saham Asia membuat IHSG cenderung bergerak sideways dalam intraday perdagangan di awal pekan. "Saat BPS merilis data GDP yang kurang sesuai dengan estimasi awal tersebut, laju kenaikan IHSG mulai berkurang dan sempat kembali melemah meski hingga akhir masih dapat ditutup naik tipis," tuturnya.
Kenaikan tipis indeks seiring masih adanya net buy asing dan kembali terapresiasinya rupiah. "Di sisi lain, meski laju bursa saham AS masih dapat menghijau dengan dukungan kenaikan di atas estimasi dari data markit services PMI dan ISM-non manufacturing PMI, tidak membuat IHSG mampu bertahan di zona hijaunya," ungkap dia.
Padahal setelah melemah tajam pada Senin, 28April 2014, laju IHSG belum dapat kembali menyentuh level tertinggi saat tanggal tersebut. "Tampaknya pelaku pasar benar-benar menahan diri dan mengurangi aktivitas transaksinya memasuki pekan awal di bulan Mei sehingga volume dan nilai transaksi kian menurun," ungkap dia.
Stagnannya laju rupiah dan liburnya beberapa bursa saham Asia kurang memberi stimulan bagi IHSG. "Tetapi, tidak berapa lama, tak disangka di luar perkiraan, laju IHSG mampu menghijau di tengah merahnya laju bursa saham Asia seiring ekspektasi akan dirilisnya BI rate yang sebelumnya diperkirakan akan tetap dipertahankan di level 7,5% untuk meresponsdata-data ekonomi yang telah dirilis dan mengantisipasi melonjaknya kembali inflasi dengan datangnya bulan puasa dan kenaikan TDL," papar dia.
Selain itu, meningkatnya harga komoditas juga diresponspositif. Sebagian besar diapresiasi harga saham-saham perkebunan dan pertambangan. "Sentimen positif dari tetapnya BI rate di level 7,5%, meningkatnya cadangan devisa menjadi US$105,6 miliar dari sebelumnya US$102,6 miliar, dan rilis kenaikan neraca perdagangan China sempat tidak mampu membuat IHSG menghijau," tuturnya.
Sebab, sentiment-sentimen positif tersebut dibarengi dengan pelemahan rupiah dan kembalinya asing untuk net sell. "Tetapi, di akhir pekan kembalinya netbuy asing dapat mengembalikan IHSG ke zona hijaunya," imbuh Reza.