Jakarta -PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengaku sudah melakukan pembayaran bunga obligasi senilai US$ 18 juta (Rp 180 miliar) yang jatuh tempo hari ini. Bunga tersebut berasal dari obligasi senilai US$ 300 juta (Rp 3 triliun).
Jika tidak melunasi pembayaran kupon obligasi hari ini, maka Bumi Resources terancam dianggap gagal bayar alias default. Tak hanya itu, gagal bayar kupon juga berpotensi memicu cross-default atas utang BUMI lainnya. Bahkan dapat mengganggu perjanjian pelunasan utang dengan China Investment Corporation (CIC).
"Tadi malam sudah dibayar," kata Ari Hudaya, Direktur Utama Bumi Resources kepada detikFinance, Rabu (11/6/2014).
Saham BUMI sudah dihentikan sementara alias suspensi oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak pagi tadi. Hari ini merupakan batas waktu terakhir bagi Bumi Resources untuk melakukan pembayaran atas kupon obligasi tersebut.
Kupon tersebut merupakan bunga atas obligasi senilai US$ 300 juta (Rp 3 triliun) yang akan jatuh tempo di 2016 nanti. Sebelumnya BUMI sudah berjanji akan melunasi pembayaran pada akhir Mei lalu.
Ketika ditanya dapat uang dari mana untuk bayar utang, Ari menjawab, "uangnya sudah ada lah, dari mana-mana," katanya.
Kupon obligasi yang harus dibayar BUMI merupakan bagian dari surat utang yang diterbitkan Bumi Capital Pte. Ltd. Seharusnya kupon ini dibayar 12 Mei 2014. Namun, perseroan memiliki tenggang waktu hingga 11 Juni 2014 untuk menyelesaikan.
Jika BUMI terbukti tidak bisa bayar, maka pemegang obligasi berhak meminta percepatan pembayaran dan BUMI terancama gagal bayar alias default.
Bank of New York selaku administrator selanjutnya akan meminta pemegang obligasi untuk melakukan voting. Jika mayoritas setuju soal percepatan pembayaran, maka BUMI harus melunasi seluruh nilai obligasi yang mencapai US$ 300 juta tersebut.
Obligasi dengan bunga 12% per tahun ini sewajarnya baru jatuh tempo pada 10 November 2016 mendatang. (detik.com)