INILAH.COM, Jakarta Meski tergerus faktor suku bunga dan Loan to Value (LTV), pertumbuhan emiten sektor properti diprediksi lebih tinggi dari sektor lain. Tiga saham dinilai masih sangat prospektif.
Alfred Nainggolan, Kepala Riset PT Buana Capital Indonesia memperkirakan, pertumbuhan emiten properti mencapai 30-40% per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor perbankan sebagai sektor yang profitable yang pertumbuhan labanya berkisar antara 20-25%.
Dia sendiri menjatuhkan pilihan pada saham SMRA, BSDE, dan ASRI. Tiga saham properti itu, kata dia, masih sangat prospektif. "Bagi pelaku pasar yang belum memiliki saham-saham properti, saatnya masuk di saham properti karena sudah turun jauh," katanya kepada INILAH.COM.
Berikut ini wawancara lengkapnya:
Setelah kenaikan suku bunga ke 7,25% dan keluarnya aturan LTV, bagaimana Anda melihat prospek saham-saham di sektor properti?
Secara fundamental, untuk saat ini, banyak sentimen negatif untuk saham-saham di sektor properti. Sentimen negatif terbesar adalah kenaikan BI rate ke level 7,25% yang menekan permintaan sektor properti. Tekanan negatif berikutnya berasal dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang ingin menekan pertumbuhan kredit di sektor properti.
Pertumbuhan kredit properti dalam beberapa tahun terakhir ini dianggap BI sangat signifikan. Karena itu, BI mengeluarkan kebijakan agar bank menurunkan jumlah penyaluran kreditnya untuk sektor properti melalui aturan Loan to Value (LTV). Ternyata, LTV itu menggerus permintaan di sektor properti. Dua faktor itu (suku bunga dan LTV) akan mengerem laju pertumbuhan pendapatan perusahaan properti.
Prospeknya suram?
Prospek saham-saham properti, kita melihat, pertama, pertumbuhan properti tidak akan setinggi dua tahun terakhir. Artinya, akan ada penurunan pendapatan. Tapi, kedua, kalaupun terjadi penurunan pertumbuhan, besaran pertumbuhan sektor properti masih lebih besar dibandingkan pertumbuhan sektor lain. Jadi, kalau kita lihat sejauh ini seperti itu. Jadi, memang terjadi penurunan pertumbuhan, tapi pertumbuhan sektor properti masih lebih besar dibandingkan sektor lain.
Seberapa besar potensi pertumbuhan di sektor properti?
Sebelumnya, pasar berekspektasi akan ada lonjakan pertumbuhan sektor properti 70-100% per tahun. Sekarang, pertumbuhan tersebut tidak bisa setinggi itu lagi. Paling-paling di kisaran 30-40% dengan asumsi pada 2014 akan ada penurunan BI rate dari level saat ini 7,25%.
Karena itu, harga saham-saham properti sekarang mendiskon faktor tersebut. Pelaku pasar sudah melihat bahwa pertumbuhan pendapatan sektor properti tidak setinggi dua tahun terakhir, bahkan mengalami penurunan. Tapi, perlu ditegaskan, penurunan pertumbuhan sektor properti, besaran pertumbuhannya masih lebih baik dibandingkan sektor-sektor lain.
Masih lebih besar dibandingkan pertumbuhan sektor lain?
Artinya, kalau kita lihat sektor perbankan yang lihat sebagai sektor yang profitable, pertumbuhan labanya berkisar antara 20-25%. Bandingkan dengan properti yang bisa tumbuh 30-40%. Karena itu, bagi investor jangka panjang, menjadi poin yang bagus untuk sektor properti.
Apalagi, suku bunga tinggi bukanlah hal yang absolute. Penurunan suku bunga bisa saja terjadi dalam 1-2 tahun ke depan sehingga bisa menurunkan suku bunga kredit. Kondisi ini akan mendorong pertumbuhan permintaan di sektor properti.
Faktor lain yang masih mendukung pertumbuhan sektor properti?
Sejauh ini pasar properti berpusat di Jabodetabek. Karena itu, kemungkinan pengembangan ke luar Jabodetabek cukup besar. Pada saat yang sama, tingkat pendapatan masyarakat terus tumbuh sehingga kemampuan mereka untuk membeli rumah juga semakin besar yang bisa terjadi di luar Jabodetabek itu. Artinya, pasar properti masih terbuka lebar.
Seiring kenaikan suku bunga dan faktor LTV, adakah emiten properti yang justru diuntungkan?
Dalam kondisi tingginya BI rate dan LTV, emiten-emiten properti besar yang diuntungkan. Artinya, kue untuk properti-properti besar semakin bertambah. Sebab, bagi developer kecil, dengan kenaikan suku bunga, aturan LTV dan ketentuan-ketentuan BI yang diberlakukan kepada bank, cukup menyulitkan bagi developer kecil.
Saham-saham pilihan Anda di sektor properti?
Saham pilihan saya jatuh ke PT Summarecon Agung (SMRA), PT Bumi Serpong Damai (BSDE), dan PT Alam Sutera Realty (ASRI).
Tiga saham properti itu masih sangat prospektif. Tiga emiten tersebut masih memiliki landbank yang sangat luas. Image pengembang yang masih unggul. Karena itu, kita melihat dalam 1-2 tahun mendatang, fundamentalnya masih cukup bagus karena ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi. Bagi pelaku pasar yang belum memiliki saham-saham properti, saatnya masuk di saham properti karena sudah turun jauh.