INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (26/11/2013) diprediksi melemah. Membaiknya data-data perumahan AS jadi pemicunya.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, Selasa ini rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya. Sebab, data-data ekonomi AS yang dirilis pekan ini sudah diprediksi positif.
"Karena itu, rupiah akan menguji resistence selanjutnya 11.800 dan support 11.670 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.
Antara lain, lanjut Christian, laporan pending home sales semalam yang sudah diperkirakan naik ke 2,2% dari sebelumnya -5,6%. "Nanti malam, AS juga akan merilis data building permits yang sudah diprediksi naik 0,94 juta unit dari sebelumnya 0,92 juta unit," ujarnya.
Begitu juga dengan housing start yang diperkirakan positif 0,92 juta unit dari sebelumnya 0,89 juta unit. "Lalu, indeks harga rumah di 20 kota metropolitan AS yang juga diperkirakan masih positif menjadi 13% dari sebleumnya 12,8%," papar dia.
Secara keseluruhan, menurut Christian, memang sektor perumahan AS masih positif. "Meski ada risiko kenaikan suku bunga AS, pemulihan sektor perumahan AS masih cukup," timpal Christian.
Jika sektor perumahan AS lebih solid dibandingkan estimasi, lanjut dia, potensial menambah momentum penguatan dolar AS seiring ekspektasi tapering The Fed yang akan dijalankan lebih awal yang juga akan mendominasi sentimen pasar.
"Tapering The Fed memang belum memicu penurunan tajam pada pasar aset negara-negara tertentu. Tapi, bagi negara-negara emerging sudah berpengaruh lebih awal," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (25/11/2013) ditutup melemah 45 poin (0,38%) ke posisi 11.730/11.740.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, Selasa ini rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya. Sebab, data-data ekonomi AS yang dirilis pekan ini sudah diprediksi positif.
"Karena itu, rupiah akan menguji resistence selanjutnya 11.800 dan support 11.670 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.
Antara lain, lanjut Christian, laporan pending home sales semalam yang sudah diperkirakan naik ke 2,2% dari sebelumnya -5,6%. "Nanti malam, AS juga akan merilis data building permits yang sudah diprediksi naik 0,94 juta unit dari sebelumnya 0,92 juta unit," ujarnya.
Begitu juga dengan housing start yang diperkirakan positif 0,92 juta unit dari sebelumnya 0,89 juta unit. "Lalu, indeks harga rumah di 20 kota metropolitan AS yang juga diperkirakan masih positif menjadi 13% dari sebleumnya 12,8%," papar dia.
Secara keseluruhan, menurut Christian, memang sektor perumahan AS masih positif. "Meski ada risiko kenaikan suku bunga AS, pemulihan sektor perumahan AS masih cukup," timpal Christian.
Jika sektor perumahan AS lebih solid dibandingkan estimasi, lanjut dia, potensial menambah momentum penguatan dolar AS seiring ekspektasi tapering The Fed yang akan dijalankan lebih awal yang juga akan mendominasi sentimen pasar.
"Tapering The Fed memang belum memicu penurunan tajam pada pasar aset negara-negara tertentu. Tapi, bagi negara-negara emerging sudah berpengaruh lebih awal," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (25/11/2013) ditutup melemah 45 poin (0,38%) ke posisi 11.730/11.740.