Jakarta -Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan angka inflasi bisa di bawah 9% di akhir tahun 2013 ini, tepatnya di 8,5%. Tapi angka ini masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu 4,3%.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyebutkan, angka tersebut merupakan revisi prediksi inflasi Kemendag sebelumnya yaitu 9%. Target direvisi karena banyaknya komoditas yang deflasi di September 2013.
"Yang cukup menggembirakan bahan makanan deflasi terdapat di berbagai komoditi yang selama ini volatile yaitu 0,62% deflasi di bulan September. Jadi kita optimis inflasi akhir tahun 2013 hanya 8,5%," ujar Bayu saat konferensi persnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (6/11/2013).
Bayu menyebutkan, komoditi penyumbang deflasi yaitu bawang merah yang harganya turun 13%, jengkol turun 19%, dan tomat sayur turun 20%.
"Saya jarang ditanya pas jengkol turun, kalau naik ditanya pas turun nggak ditanya, memang jengkol ini makanan eksotik," kata Bayu.
Secara umum, kata Bayu, inflasi di bulan Oktober juga angkanya cukup rendah hanya 0,09%. Angka ini akan bisa menekan angka inflasi selama setahun.
"Jika dilihat lebih dalam, komoditi cabe merah memberikan inflasi Oktober yang tinggi dibandingkan dengan komoditi lain secara umum normal. Inflasi bulanan Oktober hanya 0,09%, ini relatif seperti yang diharapkan karena dia kan mengurangi tekanan inflasi selama setahun," kata dia.
Terkait hal itu, pihaknya optimis jika inflasi di akhir tahun bisa sedikit lebih rendah di angka 8,5%.
"Inflasi itu sesuatu yang penting untuk kita sampaikan, inflasi yoy 8,32%, year to date 7,66%, ini memberikan indikasi di sisa bulan November-Desember, optimis inflasi 2013 hanya 8,5%, walaupun ini memang nanti Desember akan ada tekanan naik karena konsumsi natal dan tahun baru, 8,5% itu sesuatu yang tidak istimewa tetapi tidak jelek," ujar Bayu. (detik.com)