Jakarta -Nilai tukar rupiah mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun ternyata, meski sudah sampai pada kisaran 11.600/US$, rupiah tidak sesuai dengan target pemerintah yang sebesar 10.500/US$ pada APBN 2014.
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menyatakan kondisi ini akan membuat anggaran untuk subsisi Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali anjlok pada tahun ini. Termasuk juga pembayaran cicilan utang.
"Ada permasalahan yang mengganggu fiskal kita. Salah satunya adalah rupiah. Kondisinya meskipun sudah ada penguatan sampai dengan 11.600/US$ dalam beberpa hari terakhir. Tapi masih di atas asumsi APBN yang sebesar 10.500/US$. Artinya ada ancaman untuk fiskal kita. Karena akan ada peningkatan di subsidi BBM dan pembayaran utang," ujarnya dalam dalam kick off meeting tim evaluasi dan pengawasan penyerapan anggaran (TEPPA) di hotel Le Meredien, Jakarta, Senin (24/2/2014)
Menurut Anny ini harus disikapi dengan tepat. Sebab ruang fiskal tetap dijaga dengan ketet. Di samping juga terus mengupayakan perbaikan ekonomi secara struktural yang tengah berlangsung, Terutama dalam penurunan impor barang.
"Tahun 2014 kapasitas fiskal banyak yang terpengaruh," sebutnya
Saat ini pemerintah masih mengkaji untuk kemungkinan dilakukannya perubahan APBN. Karena harus ada perhitungan secara keseluruhan. Mulai dari pertumbuhan ekonomi. lifting migas, inflasi, Indonesian Crude Price (ICP) dan SPN 3 bulan.
"Mau disampaikan ke internal pemerintah. Kemenkeu setiap bulan, lakukan review seperti postur, realisasi, kita juga review realisasi Februari, kita lakukan terus tapi belum dibicarakan, harus dibahas internal pemerintah, dan sidang kabinet, presiden juga," terangnya. (detik.com)