Jakarta -Bank Indonesia (BI) meminta kepada pemerintah khususnya Menteri Keuangan untuk ikut mengawasi pergerakan utang luar negeri. Meskipun saat ini utang luar negeri dinilai masih dalam batas aman, namun tetap perlu kewaspadaan.
"Saya ingin ingatkan untuk perusahaan BUMN yang besar, itu langsung risikonya kepada negara. BUMN yang 100% dimiliki pemerintah, negara, itu risiko langsung kepada negara. Untuk itu, pemerintah perlu memberi perhatian, khususnya Menkeu," tegas Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (23/5/2014).
Untuk utang luar negeri korporasi swasta, Agus pun menyatakan perlu mendapat perhatian. Ini karena pertumbuhannya yang cukup tinggi, bahkan melebihi utang luar negeri pemerintah.
"Memang harus diwaspadai karena utang dari korporasi cenderung meningkat. Kita melihat masih banyak korporasi berutang valas tetapi penerimaan dalam rupiah. Beberapa korporasi termasuk BUMN rugi besar," terang dia.
Agus juga meminta kepada perusahaan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan makin tingginya beban utang luar negeri akibat pergerakan kurs. Untuk itu, perlu dilakukan lindung nilai (hedging). Namun sepertinya hedging belum terlalu diminati.
"Utang luar negeri, khususnya bagi perusahaan yang penerimaan bukan dalam valas, itu membuat risiko. Kita sudah minta dari tahun lalu lakukan lindung nilai. Peraturan sudah dikeluarkan tapi relatif tidak dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan termasuk BUMN," tutur Agus.
Padahal, demikian Agus, hedging sangat membantu ketika terjadi gejolak nilai tukar. Ini bisa menghindarkan korporasi dari kerugian akibat selisih valas.
"Kalau seandainya perusahaan-perusahaan itu tadinya untung kemudian jadi rugi besar, tidak bisa hanya mengatakan karena perubahan nilai tukar. Harus tahu kalau ada risiko nilai tukar. Perusahaan tidak bisa dibiarkan terus masuk dalam kondisi berisiko," sebut Agus.
Sebagai informasi, BI mencatat utang luar negeri Indonesia pada Maret 2014 sebesar US$ 276,5 miliar, tumbuh 8,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Utang ini terdiri dari US$ 130,5 miliar utang publik dan US$ 146 miliar utang swasta.
Laju pertumbuhan utang luar negeri meningkat dibandingkan posisi Februari, yang secara tahunan tumbuh 7,5%. Menurut BI, pertumbuhan utang luar negeri mengalami peningkatan sejak akhir tahun lalu, terutama didorong oleh sektor swasta.
Pada Maret 2014, utang luar negeri swasta tumbuh 12,2% secara tahunan. Lebih tinggi dibandingkan sektor publik yang tumbuh 5,1%. Jika dibandingkan secara bulanan (Februari ke Maret), maka pertumbuhan utang luar negeri swasta adalah 1,9% sementara utang luar negeri publik tumbuh 1,1%. (detik.com)