INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (17/10/2013) diprediksi menguat. Momentum deadline kesepakatan pagu utang AS jadi katalisnya.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah Kamis ini, salah satunya karena 17 Oktober 2013 ini merupakakan deadline kenaikan plafon utang (debt ceiling) AS. Sebab, menurut Christian, kecil kemungkinan terjadinya resolusi anggaran AS yang bisa menyakinkan bagi para investor sehingga jadi tekanan negatif bagi dolar AS.
Karena itu, rupiah masih berpotensi melanjutkan penguatan. "Rupiah cenderung menguat dalam kisaran 11.205 hingga 11.375 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.
Sejauh ini, Christian menjelaskan, kemungkinan resolusi yang diberikan hanya mengundur plafon utang tersebut untuk beberapa bulan kemudian yang juga untuk melanjutkan negosiasi. "Pada deadline selanjutnya, potensi default AS justru semakin besar," timpal dia.
Apalagi, kata dia, saat ini perbedaan pandangan ideologi antara partai Demokrat dan Partai Republik AS semakin besar. Karena itu, sulit bagi AS untuk menemukan titik temu. "Kondisi ini akan menimbulkan keraguan terhadap mata uang dolar AS," ucapnya.
Christian menjelaskan, Kongres AS kemungkinan hanya mengakhiri ketakutan fiskal jangka pendek. Sebab, pada dasarnya dari pihak konservatif (Partai Republik) tetap menginginkan pemangkasan pajak dan mengurangi tingkat belanja pemerintah.
Sementara itu, Partai Demokrat melihat, program pengurangan defisit fiskal sebesar US$4 triliun tersebut, berupa beberapa variasi proposal anggaran yang cukup untuk 10 tahun ke depan. Partai Republik justru meyakini bahwa angka tersebut masih kurang.
Partai Demokrat juga menginginkan pendapatan pajak hingga US$700 miliar untuk bisa melanjutkan negosiasi terhadap permintaan lain dari Partai Republik. "Hal ini sulit untuk diterima oleh Republik karena angka US$600 miliar sudah cukup berlebihan sebenarnya," tuturnya.
Itulah, kata dia, yang memicu perbedaan fundamental. Demokrat menginginkan angka di atas US$700 miliar sedangkan Republik di bawahnya. "Bargaining itu merupakan resolusi final supaya kenaikan pagu utang AS bersifat jangka panjang, 10 tahun mendatang," papar dia.
Yang kemungkinan terjadi saat ini, Christian menegaskan, hanya menambah utang untuk anggaran 2-3 bulan sehingga akhir Januari atau Februari 2014 akan ditetapkan kembali plafon utang baru dan belum ada resolusi untuk anggaran AS jangka panjangnya. "Inilah yang jadi tekanan negatif bagi dolar AS," timpal dia.
Christian sendiri memperkirakan, perbedan sikap politik Demokrat-Republik akan terus berlanjut hingga tahunan. Setidaknya hingga, salah satu dari kedua partai tersebut mendapatkan kontrol penuh pada badan legislatif maupun eksekutif. "Ketidakpastian ini berpotensi mengurangi daya tarik dolar AS," tuturnya.
Meskipun di sisi lain, jika nanti terjadi krisis fiskal di AS yang parah, para investor justru bakal berburu dolar AS. Sebab, dolar AS dianggap sebagai valuta save haven. "Jika krisis dolar AS hanya bersifat moderat akibat kebuntuan anggaran, dolar AS bakal meelmah," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (16/10/2013) ditutup menguat 20 poin (0,17%) ke posisi 11.340/11.360.