INILAH.COM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, IHSG menguat 0,50%. Pengurangan stimulus The Fed dan pelemahan nilai tukar rupiah warnai sentimen. Seperti apa?
IHSG selama sepekan mengalami peningkatan 20,73 poin (0,50%) atau lebih baik dari pekan sebelumnya yang turun -5,96 poin (-0,14%). Pelemahan ini juga diikuti indeks utama lainnya yang mayoritas juga naik seperti JII yang menguat 1,35% diikuti indeks IDX30 yang naik 1,10% dan LQ45 yang juga naik 0,97%.
Akan tetapi, laju indeks sektoral mayoritas bergerak variatif di mana indeks aneka industri dan indeks industri dasar memimpin penguatan dengan kenaikan masing-masing 3,74% dan 0,83%. Begitu pun dengan indeks properti dan indeks perkebunan yang masing-masing turun -1,70% dan 3,36%. Sementara pelemahan dipimpin indeks properti dan indeks keuangan yang melemah masing-masing -1,60% dan -0,29%.
Reza Priyambada, kepala riset Trust Securities mengatakan, IHSG berada di zona hijau sepanjang pekan kemarin. "Meski di akhir pekan, laju IHSG tersengat aksi ambil untung setelah terimbas pelemahan laju bursa saham AS namun, secara mingguan laju IHSG masih positif," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Sabtu (21/12/2013).
IHSG sepanjang pekan, kata dia, dihadapkan pada dua sisi mata uang yang berbeda. Di satu sisi, indeks mendapat sentimen positif dengan pemulihan ekonomi AS dan Eropa yang terus berjalan hingga rilis pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) untuk memulai tappering off pada Januari 2014.
Di sisi lain, IHSG juga harus menghadapi sentimen dari dalam negeri berupa laju rupiah yang masih terpenjara di zona merah.
Sepanjang pekan, investor asing mulai melakukan aksi beli senilai Rp268,06 miliar lebih baik dari pekan sebelumnya yang nett sell senilai Rp413 miliar. "Di awal pekan, tidak banyak yang dapat kami sampaikan selain dari tren IHSG yang masih memperpanjang keberadaannya di lembah merah seiring belum adanya sentimen positif," tuturnya.
Adanya imbas negatif dari rilis data-data Jepang dan China yang di bawah estimasi pelaku pasar, membuat laju bursa saham Asia terkoreksi dan memberikan imbas negatif pada laju IHSG. "Belum lagi nilai tukar rupiah yang terus mendekati area oversold turut memberikan tambahan sentimen negatif," papar dia.
Selanjutnya, kata dia, imbas menghijaunya laju bursa saham AS seiring dengan rilis kenaikan nonfarm productivity, NY empire state manufacturing, dan industrial production AS, memberikan sentimen positif bagi sebagian besar laju bursa saham Asia, termasuk IHSG. "Rupiah pun sempat bergerak menguat dan memberikan tambahan sentimen positif meskipun secara intraday perdagangan laju IHSG bergerak sideways," tuturnya.
Jelang rapat FOMC, laju HSG masih dapat mempertahankan kenaikannya meski dalam perdagangan intraday sempat sedikit melemah di bawah level 4.200 seiring mulai adanya aksi ambil untung. "Akan tetapi, dengan berbalik arahnya laju bursa saham Eropa saat itu dan mulai rebound-nya kembali hampir mayoritas bursa saham Asia memberi tambahan angin segar bagi IHSG," timpal dia.
Pasca dirilisnya hasil keputusan rapat FOMC yang baru akan mempertimbangkan melakukan tappering off pada Januari 2014 dan masih mempertahankan tingkat suku bunga rendahnya membuat laju bursa saham Asia bergerak positif dan tentu saja memberikan imbas positif pada laju IHSG yang masih dapat melanjutkan tren positifnya.
Akan tetapi bila dilihat dalam intraday perdagangan masih ada kecenderungan pelemahan yang terjadi seiring masih adanya aksi jual. "Saham-saham pertambangan dan properti yang lebih banyak bergerak stagnan dan cenderung melemah menahan laju penguatan IHSG," tuturnya.
Aksi jual masih berlanjut hingga akhir pekan seiring aksi ambil untung setelah dirilisnya hasil rapat The Fed tersebut.