INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (24/2/2014) ditutup menguat 95 poin (0,80%) ke posisi 11.640/11.660 dari kemarin 11.735/11.750.
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir, Albertus Christian mengatakan, penguatan tajam pada rupiah salah satunya dipicu oleh aksi jual dolar AS di pasar offshore atau Non-Delivered Forward (NDF).
Selain itu, minat investor pada obligasi dalam negeri juga terus berlanjut sehingga menambah capital inflow dan menopang penguatan rupiah. Dari sisi pasar NDF memang tampak terjadinya capital inflow.
"Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.625 dari posisi terlemahnya 11.760 dan pembukaan di angka 11.720 per dolar AS," katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Senin (24/2/2014).
Penguatan rupiah juga, kata dia, seiring pembelian obligasi oleh bank-bank lokal yang mewakili para eksportir dan para pedagang. "Apalagi, terdapat spekulasi penguatan rupiah akan berlanjut hingga 11.500 per dolar AS seiring dengan adanya capital inflow," tandas dia.
Dari sisi eksternal, kata Christian, awal pekan ini minim data ekonomi yang dirilis. Akan tetapi, sepanjang pekan ini para pelaku pasar akan menantikan data ekonomi dari AS seperti laju Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV-2013. "Data makro itu mungkin dapat menyediakan petunjuk tambahan terhadap bagaimana laju tapering stimulus moneter The Fed," ujarnya.
Selebihnya, lanjut dia, pasar juga masih menunggu data-data yang lain seperti indeks PMI sektor jasa yang angkanya diprediksi masih mendatar di level 56,9 dari sebelumnya 56,7.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS melemah ke 80,19 dari sebelumnya 80,26. "Terhadap euro, dolar AS ditutup melemah ke level US$1,3748 dari sebelumnya US$1,3737 per euro," imbuh Christian.