Jakarta - Krisis politik di Thailand bisa saja memberikan dampak positif kepada Indonesia. Investor akan melirik Indonesia sebagai alternatif untuk menanamkan modalnya.
"Itu malah mungkin (relokasi)," kata Menteri Keuangan Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Namun, lanjut Chatib, hal ini tidak akan terjadi dalam waktu cepat. Investor juga masih menunggu dan melihat perkembangan, mempertimbangkan apakah krisis politik di Negeri Gajah Putih berlangsung sementara atau cukup lama.
"Mereka juga lagi wait and see, karena tidak semudah itu. Relokasi, memindahkan pabrik, harus lihat juga apakah krisis itu temporer atau tidak. Tergantung perkembangan politik di sana," jelasnya.
Chatib juga tidak akan terburu-buru untuk menyiapkan insentif baru untuk industri limpahan dari Thailand. Apalagi dengan kondisi defisit anggaran yang mungkin membesar tahun ini.
"Nggak ada insentif tahun ini, sekarang saja defisit. Duitnya tidak cukup malah minta insentif lagi. Tahun depan minta sama pemerintahan baru insentifnya, tinggal menunggu 4 bulan kok," tutur Chatib
Untuk sementara, Chatib memandang secara keseluruhan dampaknya tidak akan signifikan untuk perekonomian Indonesia. "Impact-nya ada tapi tidak signifikan," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan pengusaha otomotif akan menyambut jika ada peralihan industri dari Thailand ke Indonesia.
"Indonesia tentunya siap menerima pengalihan investasi dari Thailand, jika memang ada perusahaan yang mau melakukan hal tersebut," kata Jongkie.
Dia menjelaskan, hingga saat ini belum ada laporan dari anggota Gaikindo terkait rencana relokasi tersebut. Dia juga belum bisa menyebutkan terkait pengaruh harga suku cadang yang masih banyak diimpor dari Negeri Gajah Putih.
"Kami harapkan krisis politik ini cepat berakhir. Kita tidak tahu sampai kapan situasi politik ini akan berakhir, sulit untuk memprediksi apapun (termasuk perubahan harga)," jelasnya. (detik.com)