INILAHCOM, Hong Kong - Perlambatan yang terjadi di pasar properti China berpotensi menimbulkan risiko pasar secara ekonomi makro hingga akhir tahun.
Peringatan tersebut merupakan hasil kajian JP Morgan, Rabu (28/5/2014) seperti mengutip cnbc.com. Jika investasi real estate melambat lima persen maka bisamenggerogoti pertumbuhan ekonomisebesar 0,6%.
Ekonomi China tumbuh 7,4% pada kuartal pertama tahun 2014 ini. Padahal pada periode yang sama 2013, ekonomi China tumbuh 7,7 persen.
PDB tersebut di atas perkiraan analis yang tumbuhn 7,3%. Namun data tersebut sebagai pertumbuhan paling lambat sejak kuartal ketiga 2012 lalu.
Namun risiko kejatuhan harga rumah masih terbatas. Sebab otoritas properti negara tersebut masih memiliki kesempatan untuk membuat kebijakan baru. "Sebuah penyesuaian pasar perumahan dapat menimbulkan risiko makro terbesar di China. Indikasinya bisa melalui perlambatan dalam investasi real estate dan penurunan pendapatan penjualan tanah," demikian hasil kajian tersebut.
Data penjualan rumah naik 26,6 persen pada tahun 2013. Namun, menurun 9,9 persen di kuartal pertama tahun 2014 ini. Sedangkan per April 2014 persediaan rumah di sepuluh kota di China meningkat dari persediaan penjualan 10 bulan awal setiap tahun menjadi persediaan selama 17,7 bulan.
Untuk kota yang melaporkan penurunan harga pada bulan April bertambah menjadi 45 kota dari 100 kota tercatat. Pada Maret sebanyak 37 kota dari 100 kota tercatat. Data bulan Maret merupakan angka tertinggi sejak Juni 2012 lalu.