INILAHCOM, Hong Kong - Inflasi tahunan China meningkat 2,5% pada bulan Mei 2014. Demikian laporan Biro Statistik China Selasa (10/6/2014).
Angka tersebut mengindikasikan kenaikan 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, penguatan di bulan Mei merupakan kenaikan tertinggi dalam 4 bulan terakhir.
Sementara indeks harga konsumen (CPI) yang merupakan ukuran utama dari tingkat inflasi negara tersebut juga naik 2,3% dalam lima bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
"Kenaikan inflasi tahunan sesuai harapan. Namun, yang paling penting adalah harga pangan akhirnya bangkit kembali," ujar Donna Kwok, Ekonom Senior di UBS, seperti mengutip dari cnbc.com.
Harga produsen turun 1,4% pada bulan Mei dibandingkan ekspektasi sebelumnya sebesar 1,5%. Sedangkan, impor melemah 1,6% dibandingkan ekspektasi sebelumnya menguat 6,1%. Penurunan harga produsen tersebut sempat menunjukkan, perekonomian negara tirai bambu tersebut sedang mengalami deflasi.
Pada analis mengatakan, Bank Sentral China perlu melakukan kelonggaran kebijakan moneter akhir tahun ini. Tujuannya adalah untuk mendukung penguatan ekonomi menyusul naiknya inflasi tahunan pada bulan Mei.
Sementara itu, Bank Sentral China akan memotong rasio persyaratan cadangan bagi bank-bank yang memiliki pinjaman cukup besar untuk sektor pertanian dan perusahaan kecil maupun menengah untuk mendukung perekonomian. Langkah tersebut merupakan yang kedua kalinya dilakukan Bank Sentral China sejak bulan April.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, Indeks Nikkei turun 40,65 poin atau 0,27% ke 15.082,56, indeks Kospi menguat 8,80 poin atau 0,44% menjadi 1.999,26, indeks ASX 200 menguat 19,17 poin atau 0,35% ke 5.483 dan indeks Hang Seng menguat 83,84 poin atau 0,36% ke 23.201,31.