Jakarta -Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan menaikkan kembali suku bunga acuannya 25 bps menjadi 7,5%. Apa alasan di balik kebijakan tersebut?
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah memaparkan kebijakan tersebut ditempuh dengan mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan.
"Mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan di tengah risiko ketidakpastian global yang masih tinggi. Dengan demikian, keputusan ini diambil untuk memastikan bahwa defisit transaksi bejalan menurun ke tingkat yang lebih sehat dan inflasi tetap terkendali," katanya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa (12/11/2013).
Difi menambahkan, BI mencermati sejumlah risiko dalam perekonomian global dan nasional juga. Perkembangan ekonomi global pada Oktober 2013 cenderung membaik, namun masih dibayangi risiko ketidakpastian yang tinggi.
"Bank Indonesia mencermati perkembangan ekonomi global masih diliputi oleh ketidakpastian. Pola pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergeser dengan melambatnya ekonomi negara berkembang dan menguatnya ekonomi negara maju," tuturnya.
Selain itu, siklus harga komoditas dunia yang tinggi diperkirakan akan berakhir sehingga dapat menghambat upaya pemulihan ekonomi nasional. Kedua kecenderungan ini akan berpengaruh terhadap kinerja eksternal ekonomi Indonesia.
Menelusuri defisit transaksi berjalan, terlihat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2103 memang masih mengalami tekanan defisit.
BI mengungkapkan defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan menurun menjadi US$ 8,4 miliar pada triwulan III-2013 dibandingkan dengan hampir US$ 10,0 miliar pada triwulan sebelumnya.
"Perbaikan terutama tercatat pada surplus neraca perdagangan komoditas non-migas (fob) dengan menurunnya impor non-migas sejalan dengan melambatnya permintaan dalam negeri. Namun demikian, defisit pada neraca perdagangan migas meningkat dengan menurunnya produksi dalam negeri dan masih tingginya impor migas untuk konsumsi dalam negeri," papar Difi.
Sementara surplus pada Neraca Transaksi Modal dan Finansial berkurang sebagai dampak dari aliran masuk investasi portfolio asing yang menurun akibat ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Sementara itu, Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) tercatat meningkat. (detik.com)