korea by dewanti

Monday, November 18, 2013

Investor Asia Yakin Krisis Likuditas Terjadi di 2014

Sydney –  Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai investor Asia cukup kehawatir perekonomian 2014 akan tersandera oleh dampak tapering atau penghapusan stimulus bulanan Federal di Amerika Serikat. Tapering diroyeksikan bakal mendongkrak imbal hasil obligasi Negara AS naik atas 3  persen dan ikut menyeret bunga kredit korporasi Asia. Hal ini pada gilirannya  membuat likuditas keuangan menjadi lebih ketat dan berpotensi menekan beban bunga korporasi Asia.
Itulah kesimpulan dari komentar 20 investor obligasi di Singapura dan Hong Kong yang dirangkum Fitch pada pertemuan awal November 2013 lalu. Dalam rilis yang diterima pialangindonesia.com, hari ini, Fitch mengungkapkan para investor menebak The Fed akan mencabut perlahan stimulis US$85 miliar perbulan itu mulai kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2014. "Beberapa investor menyatakan bahwa besarnya dampak negatif pada pasar obligasi bisa saja diatasi jika, tapering dilakukan pada bulan September (lalu)," tulis Fitch.
Kebanyakan investor percaya, tapering akan menyedot likuiditas secara signifikan sehingga membuat mereka cenderung untuk mengurangi eksposur obligasi untuk meminimalkan kerugian mark to market bila yield US treasury naik . Pengetatan likuiditas bisa berlangsung lebih dari enam bulan  sampai investor yakin harga telah stabil .
Setelah tapering dimulai , tren investasi di pasat keuangan global akan lebih ketat. Dampak paradoksnya, Obligasi dengan rating tinggi, berpotensi mendapatkan berkah akibat fenomena flight to quality.
 
Antisipasi Bank
Fitch juga memaparkan, Bank-bank di Asia Selatan akan sangat sensitif terhadap perkembangan likuditas tahun depan. Sementara itu, korporasi China diperkirakan aman dari dampak tapering, meskipun belakangan muncul khawatiran baru mengingat banyak obligasi yang diterbitkan pada 2010/2011 akan jatuh tempo pada 2014 .
Secara terpisah , investor yang berbasis di China percaya bahwa bank-bank China cenderung untuk memperlambat pertumbuhan kredit pada 2014 . Ditambah dengan harapan adanya penguatan Yuan, BUMN China diyakini cenderung mengeluarkan lebih banyak dolar AS atau utang euro pada 2014. Beberapa diantaranya bahkan diperkirakan sebagai emiten obligasi global yang baru pertama kali menerbitakn dalam denominasi dolar AS dan euro. (pialangindonesia.com)