Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan jumlah emiten di pasar modal Indonesia masih sangat minim dibanding negara-negara lain seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan India.
Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Nurhaida menyebutkan, hingga September 2013 emiten di pasar modal Indonesia masih sangat minim hanya 479 emiten. Di Thailand sudah mencapai 577, Singapura 782 emiten, Malaysia 909, dan Hong Kong 1.585. Sementara India sudah melesat jauh di angka 5.267 emiten pasar modal.
"Pasar modal Indonesia masih sangat minim dibanding negara-negara lain. Oleh karena itu perlu meningkatkan market kita dari size maupun jenis produknya," kata Nurhaida saat acara Annual Capital Market Outlook 2014 di Le Meridien Hotel, Jakarta, Senin (18/11/2013).
Dia menjelaskan, saat ini produk-produk yang tersedia di pasar modal juga terbatas sehingga hal tersebut menjadi salah satu sebab pasar Indonesia bergantung terhadap investor asing.
"Perlu kerjasama seluruh pelaku industri. Produk-produk yang tersedia di pasar modal juga terbatas, yang berkembang saham, bond lumayan, reksa dana masih ada, derivatif minim jadi dengan adanya keterbatasan produk yang ada itu kemudian pasar kita sangat sensitif terhadap foreign investor," terangnya.
Namun, pergerakan pasar modal Indonesia dalam 5 tahun terakhir dinilai cukup baik meskipun beberapa waktu terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot. Di tahun 2009, kapitalisasi pasar modal Indonesia hanya Rp 2.019 triliun, sementara di tahun 2013 sudah mencapai Rp 4.360,34 triliun.
"Hari-hari sekarang pasar modal yang terjadi naik turun dengan cepat dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Pergerakan indeks juga minimum Indeks per hari ini, kemarin naik tipis sekali, IHSG hanya sekitar 1%. Sejak Mei-Agustus penurunan indeks sangat dalam," kata Nurhaida.
Untuk itu, berbagai pihak harus berhati-hati dalam menyikapi kondisi pasar baik global maupun dalam negeri.
"Kita tidak bisa intervensi terhadap pasar modal. Kita harus hati-hati terhadap kondisi makro secara global, memberi sentimen negatif pergerakan IHSG, ada tapering off yang belum pasti juga," ujarnya. (detik.com)