korea by dewanti

Thursday, November 21, 2013

Saatnya Pergi Dari Bursa Saham?

INILAH.COM, Jakarta - Bagi investor yang memiliki potensi penyakit jantung, kinilah waktunya bagi mereka untuk mengalihkan dananya ke deposito atau obligasi. Sebab, dalam beberapa hari ke depan ada beberapa kejadian yang kemungkinan besar akan merontokan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Salah satunya adalah rencana pemotongan dana stimulus oleh The Fed, akhir tahun ini. Jika itu terjadi, hampir bisa dipastikan dana jangka pendek (hot money) akan hengkang dari Indonesia. Hal lainnya adalah aksi window dressing (mempercantik port folio) oleh manajer investasi (MI). Ada kemungkinan MI akan mengalihkan dananya dari bursa ke investasi lain yang masih bisa memberikan untung besar.
Yang juga harus menjadi perhatian investor adalah pelambatan pertumbuhan ekonomi akibat kebijakan uang ketat. Kenaikan BI rate ke level 7,5% mau tak mau akan berdampak pada kinerja emiten, terutama sektor keuangan, konsumsi, dan infrastrktur. Sejumlah analis memperkirakan, hingga akhir tahun ini kinerja emiten hanya tumbuh 20%-22%. Bahkan tahun depan laba bersih emiten diperkirakan hanya akan tumbuh 15% - 18%.
Makanya, IHSG yang pekan ini berada di level 4.390-an, diperkirakan akan longsor ke level 4.200-an di akhir tahun. Artinya, dalam stau dua bulan ke depan indeks berpeluang melemah sekitar 3,8%. "Jangan harap indeks di akhir tahu akan tembus level 5.000. Paling banter hanya 4.750," ujar Wilson Sofan, Kepala Riset Reliance Securities.
Betul, perkiraan itu bersifat umum atau rata-rata industri. Artinya, tidak tertutup kemungkinan beberapa saham harganya bisa jatuh lebih dalam lagi. Tak, jika investor jeli memilih saham, justru mereka bisa menikmati gain besar. Itu sebabnya, Wilson lebih merekomendasikan saham-saham defensif seperti saham dan infrastruktur. "Tapi yang penting, jangan lupakan fundamentalnya," ujar Wilson.