Jakarta -Tertekannya Dow Jones dan bursa dunia serta melemahnya Rupiah dapat kembali memberi sentimen negatif. IHSG terkoreksi dengan penutupan di bawah level psikologis 4,300 kemarin. Serta, terbentuknya pola bearish harami masih memberi sinyal pelemahan lanjutan. Sehingga, kami memperkirakan IHSG akan berada di kisaran negatif pada hari ini.
BKSL Rencana pembelian saham Bukit Jonggol Asri
PT Sentul City (BKSL) akan merealisasikan pembelian saham PT Bukit Jonggol Asri dari PT Bakrieland Development (ELTY) pada 1Q 2014. BKSL memiliki 65% saham Bukit Jonggol Asri dan rencananya akan menguasai 100% saham di Bukit Jonggol secara bertahap. BKSL tengah bernegosiasi dengan ELTY. Saat ini ELTY memiliki 35% saham di Bukit Jonggol dan dalam tahap awal BKSL berharap dapat mengakuisisi 15% saham Bukit Jonggol pada 1Q 2014. Bila lancar, BKSL akan menguasai 80% saham Bukit Jonggol. Sebelumnya, BKSL ingin mengakuisisi langsung Namun belum dapat mencapai kesepakatan dari kedua pihak. Bukit Jonggol memiliki lahan yang luas mencapai 12,000 Ha dan jika akuisisi terealisasi BKSL dapat memiliki lahan 13,000 Ha. Saat ini BKSL hanya memiliki landbank seluas 1,000 Ha.
INTP Akuisisi Tarabatuh Manunggal
PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) melalui dua anak usahanya, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS) dan PT Pionirbeton Industri (PBI), mengakuisisi PT Tarabatuh Manunggal senilai Rp 65 Miliar. Tarabatuh adalah perusahaan yang bergerak di bidang agregat beton. Akuisisi tersebut bertujuan untuk menunjang kegiatan usaha beton siap pakai. Penandatangan jual beli sudah dilakukan pada 2 Desember 2013. Tarabatuh Manunggal berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan.
SMRA Emisi obligasi
PT Summarecon Agung (SMRA) telah mendapat pernyataan efektif terkait rencana penerbitan obligasi berkelanjutan senilai total Rp 2 Triliun yang terdiri dari obligasi konvensional Rp 1.4 Triliun dan sukuk ijaran Rp 600 Miliar. Untuk untuk tahap pertama akan diterbitkan obligasi konvensional senilai Rp 450 Miliar dan sukuk ijaran senilai Rp 150 Milar. Masa penawaran obligasi pada 5-6 Desember dengan tanggal pencatatan 12 Desember. Obligasi konvensional bertenor 5 tahun dengan kupon 10.85% per tahun. Sekitar 70% dana emisi obligasi akan digunakan untuk mendukung ekspansi usaha dan sisanya untuk modal kerja.
TBIG Emisi obligasi
PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) menerbitkan Rp 740 Miliar obligasi dari total nilai awal emisi Rp 1 Triliun akibat tingginya biaya kupon saat ini. Obligasi tersebut terdiri dari dua seri dimana Seri A bertenor 1 tahun senilai Rp 550 Miliar dengan kupon 9% dan Seri B bertenor 3 tahun senilai Rp 190 Miliar dengan kupon 10%. Sekitar 50% dana hasil emisi obligasi akan digunakan untuk pembayaran utang anak perusahan, PT Solu Sindo Kreasi Pratama, dan sisanya untuk membangun menara telekomunikasi baru.
WIKA Tunda proyek
PT Wijaya Karya (WIKA) menunda pembangunan beberapa proyek proyek infrastruktur dan pembangkit listrik tahun ini akibat tren pelemahan nilai Rupiah yang membuat harga komponen menjadi lebih mahal. Pada awal tahun ini WIKA mengalokasikan dana belanja modal mencapai Rp 645 Miliar untuk proyek pembangkit listrik namun karena penundaan pembangunan, realisasi hingga akhir September lalu baru mencapai Rp 106.2 Miliar. Sebelumnya WIKA telah menurunkan alokasi belanja modal tahun ini dari Rp 1.78 Triliun menjadi Rp 700 Miliar, namun pada akhir September baru terserap Rp 480 Miliar. Tertundanya akuisisi perusahaan aspal serta tertundanya beberapa proyek infrastruktur dan properti mendorong perusahaan menurunkan target kinerja tahun ini. (detik.com)