INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (21/1/2014) ditutup melemah 15 poin (0,12%) ke posisi 12.120/12.130 dari posisi kemarin 12.105/12.115.
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, penguatan dolar AS masih dominan setelah muncul laporan dari Wall Street Journal yang menyebutkan bahwa bank sentral AS, The Fed akan kembali mengurangi program pembelian obligasinya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Selasa-Rabu (28-29/1/2014).
Sebelumnya, The Fed sudah merencanakan mengurangi pembelian sebesar US$10 miliar menjadi US$75 miliar per bulan. Dikabarkan, The Fed akan kembali menguranginya sebesar US$10 miliar menjadi US$20 miliar. Karena itu, pembelian obligasinya tinggal US$65 miliar.
"Laporan tersebut, kata dia, membuat pasar semakin khawatir menjelang pertemuan FOMC pekan depan," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (21/1/2014).
Karena itu, lanjut dia, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 12.125 dari posisi terkuatnya 12.110 yang merupakan posisi pembukaan terhadap dolar AS. "Memang, dengan pengurangan stimulus The Fed tersebut, tidak otomatis membuat likuiditas di pasar menjadi kering," timpal dia.
Masalahnya, menurut Firman, pasar melihat seberapa drastis pengurangan stimulus dapat memberikan indikasi seberapa cepat potensi kenaikan suku bunga The Fed. "Sebab, setelah stimulus selesai dikurangi, fokus pasar berikutnya adalah kenaikan suku bunga The Fed," tuturnya.
The Fed sendiri menargetkan tingkat pengangguran turun ke 6,5% untuk menaikkan tingkat suku bunga. "Sedangkan data tingkat pengangguran The Fed terakhir sudah berada di level 6,8% sehingga market cemas," tuturnya.
Namun demikian, dia menggarisbawahi, pelemahan rupiah menjadi terbatas seiring sentimen positif yang datang dari bursa saham Asia. "Terutama, setelah People's Bank of China (PBoC) kemarin dan hari ini kembali menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem keuangannya," ungkap dia.
Tujuannya, kata dia, untuk mengurangi kekhawatiran ketatnya likuiditas di pasar sehingga cukup jadi sentimen positif bagi rupiah. "Dana yang disuntikan diprediksi mencapai kisaran 255 miliar yuan," papar dia.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS menguat ke 81,30 dari sebelumnya 81,225. "Terhadap euro, dolar AS berjalan ditransaksikan menguat ke US$1,3530 dari sebelumnya US$1,3550 per euro," imbuh Firman.