Liputan6.com, Jakarta : Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan pemerintah harus segera menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi seiring nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah berada di kisaran 12 ribu.
JK, sapaan akrab Jusuf Kalla, mengatakan, kurs dolar yang mencapai 12 ribu per dolar AS akan membuat biaya importasi BBM bersubsidi semakin membengkak.
"Kalau harga dolar Rp 12 ribu seperti sekarang, pasti ketinggian subsidinya," kata JK di Kantor Pusat Perusahaan Gas Negara (PGN), Jakarta, Rabu (22/1/2013).
Menurut JK, jika berpatok pada kurs BBM dalam Anggran Pendapatan Belanjan Negara (APBN) Rp 10.500 per US$, pemerintah seharusnya sudah menaikkan BBM bersubsidi. Keputusan pemerintah yang menunda kenaikan BBM bersubsidi malah akan membuat subsidi pemerintah membengkak.
"Tapi kalau itu mengikuti APBN ya harus dinaikkan. Artinya subsidi itu jangan berlebihan, jangan over," tuturnya.
Namun, lanjut JK, keputusan kenaikan BBM tersebut tergantung besaran subsidi yang ditetapkan dalam APBN. Hal tersebut tergantung pada kebijakan pemerintah.
"Tergantung besaran subsidinya. Beban subsidinya kan Rp 200 triliun. Kalau melebihi itu, pemerintah akan naikkan. Tergantung pemerintah lah," pungkasnya.