INILAH.COM, Jakarta Meski menguat sejak awal kuartal IV-2013, saham-saham CPO dinilai menarik secara valuasi. Sebab, penurunan yang yang terjadi tahun lalu sangat dalam.
Tonny W Setiadi, analis dari Indosurya Asset Management melihat positif sentimen saham-saham di sektor Crude Palm Oil (CPO) untuk 2014. "Hampir semua valuasi saham CPO cukup jauh di bawah nilai intrinsiknya. Karena itu, secara harga, saham-saham CPO masih berada di harga diskon," katanya kepada INILAH.COM. Berikut ini wawancara lengkapnya:
Seiring pelemahan IHSG, saham-saham sektor CPO juga mendarat di zona merah. Bagaimana Anda melihat prospek saham-saham di sektor perkebunan?
Saya melihat, sentimen saham-saham Crude Palm Oil (CPO) untuk 2014 masih positif. Sebab, hingga kuartal III-2013 saham-saham di sektor ini terus mengalami penurunan. Setelah, memasuki kuartal IV-2013, setelah saham-saham di sektor lain mulai rontok, investor beralih ke saham-saham perkebunan.
Jadi, secara valuasi sendiri, saham-saham CPO juga menarik. Pada saat saham-saham perkebunan turun, sektor lain pada naik. Hampir semua valuasi saham CPO cukup jauh di bawah nilai intrinsiknya. Karena itu, secara harga, saham-saham CPO masih berada di harga diskon.
Bagaimana dengan kenaikan yang sudah terjadi sejak awal kuartal IV-2014?
Jika melihat kenaikan saham-saham sektor ini sejak awal kuartal IV-2014 hingga sekarang, memang sudah signifikan. Tapi, jika melihat prospeknya, selama 2014 menurut saya sentimennya masih cukup positif untuk saham-saham di sektor pertanian ini.
Bagaimana dengan permintaan komoditas CPO sendiri?
Permintaan CPO dari luar negeri, menurut saya tidak akan terlalu besar perbedaannya. Memang, akan terjadi kenaikan permintaan seiring mulai pulihnya ekonomi China. Hanya saja, pemulihan tersebut belum bisa dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap permintaan CPO. Jadi, dari sisi permintaan, memang tahun ini tidak akan terlalu tinggi.
Tapi, pemerintah sendiri merencanakan untuk mengurangi pajak ekspor CPO atau semacamnya. Ini menjadi angin positif di sektor agri, khususnya CPO.
Belum lagi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berencana mengambil CPO untuk biodieselnya. Pertamina akan meningkatkan komposisi biodiesel pada komponen solar. Otomatis, solar dicampur dengan CPO yang meningkatkan permintaan CPO dari dalam negeri. Sebab, komposisi bio-nya diperbesar.
Bagaimana dengan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah?
Pergerakan rupiah yang melemah terhadap dolar AS juga menguntungkan sektor ini. Apalagi, pelemahan rupiah dalam beberapa bulan terakhir cukup besar dari level di bawah 10.000 per dolar AS hingga tertinggi di atas 12.000. Artinya, rupiah melemah sekitar 20%-an.
Pelemahan rupiah tersebut otomatis menguntungkan pada emiten-emiten yang berorientasi dolar AS dalam hal ini CPO. Hampir semua emiten CPO berorientasi dolar AS. Mereka menjual produk CPO yang acuannya adalah dolar AS. Mereka banyak menyuplai konsumen luar negeri atau asing. Di sisi lain, biaya produksi sektor ini dalam denominasi rupiah. Meskipun, pertumbuhan dari sisi kinerja emiten hampir tidak ada.
Jadi, secara valuasi dan prospek industrinya untuk 2014 cukup menerik. Permintaan dalam negeri akan meningkat seiring dengan kenaikan penggunaan biodiesel oleh PLN dan Pertamina dan faktor pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang otomatis menguntungkan perusahaan CPO. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada, sudah cukup memberikan sentimen positif untuk sektor perkebunan.
Saham-saham jagoan Anda di sektor CPO?
Untuk saham pilihan di sektor CPO, saya paling suka sama saham PT London Sumatera Plantation (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari (AALI). Lalu, untuk small caps-nya di saham PT BW Plantation (BWPT). Di luar CPO, tapi masih sektor pertanian adalah PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) yang produknya cukup terdiversifikasi.
Setelah mengalami koreksi pada Desember 2013 hingga awal 2014, sekarang bisa jadi saham-saham tersebut cukup menarik.
Berapa target harga untuk saham-saham tersebut?
Dari sisi valuasi fundamental, memang saya belum menghitungnya. Tapi, secara teknikal, LSIP bisa kembali ke level Rp2.000-an sebagai target jangka pendek, 2-3 pekan. Target AALI di level Rp25.000.
Untuk BWPT, ikuti saja. Selama trennya masih terlihat naik, ikuti saja. Target harga atasnya untuk BWPT belum ada, bisa jadi di sekitar Rp1.600-an. Target harga untuk SIMP cukup dekat di Rp880. Semua target harga tersebut adalah target jangka pendek yang didasarkan pada indikator teknikal bukan valuasi fundamental.
Target harga fundamental masih potensial?
Untuk valuasi fundamentalnya masih jauh di atas. Hanya saja, kenaikan saham-saham CPO sebenarnya sudah cukup besar sejak awal kuartal IV-2013 hingga awal 2014. Meski begitu, prospek 2014 untuk saham-saham CPO masih cukup bagus sehingga ada ruang untuk kembali ke harga tertingginya atau bahkan bisa lebih jika melihat valuasi fundamentalnya.
Posisi Price to Earnings Ratio (PER)-nya saat ini?
Dari sisi Price to Earnings Ratio (PER) saham-saham CPO itu berada di tengah-tengah. Kalau dibilang rendah, tidak juga, karena sudah naik tinggi. Akan tetapi, karena pada penurunan saham-saham CPO 2013 sangat dalam, sekarang PER-nya berada di tengah-tengah. Saya rekomendasikan buy saham-saham tersebut.
Sebab, jika melihat penurunan saham CPO seiring pemberlakukan UU Minerba, sebelumnya sudah cukup dalam sebenarnya. Sebelum aturan tersebut keluar, orang masih meraba-raba. Sekarang, setelah aturannya keluar, ternyata beberapa saham perusahaan komoditas masih melaju. Bahkan, saham PT Timah (TINS) dan PT Aneka Tambang (ANTM) juga malam tambah naik.