korea by dewanti

Tuesday, May 20, 2014

Rupiah Berpotensi Melemah Akibat Platform Ekonomi Belum Jelas

Bisnis.com, JAKARTA— Penguatan rupiah pada hari pertama pekan ini, berbalik arah yang diperkirakan karena kekhawatiran pasar akan adanya fragmentasi dukungan di parlemen terhadap presiden baru, serta anjloknya data properti China.
Analis PT Monex Investindo Futures Albertus Christian menjelaskan pelemahan rupiah kemarin dipicu kekhawatiran pelaku pasar atas perkembangan kondisi politik di Tanah Air.
Meskipun pengumuman calon presiden dan calon wakil presiden telah sesuai dengan ekspektasi pasar, katanya, masih ada fragmentasi di parlemen yang akan memengaruhi dukungan terhadap kebijakan-kebijakan presiden baru.
Selain itu, belum jelasnya program dan kebijakan yang mendukung laju produk domestik bruto yang akan diusung oleh masing-masing calon presiden juga membuat para pelaku pasar belum terlalu percaya diri. Oleh karena itu, Albertus menilai ke depannya penguatan rupiah akan terbatas dan berpotensi untuk kembali melemah.
"Secara keseluruhan rupiah masih dalam fase konsolidasi dan kondisi fundamental Indonesia juga masih positif, tetapi penguatan rupiah akan terbatas," ujarnya seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Selasa (20/5/2014).
Di sisi lain, faktor eksternal juga dinilai ikut memengaruhi pelemahan rupiah. Rilis data ekonomi China yang anjlok juga diprediksi akan berpengaruh terhadap melambatnya permintaan ekspor dari Indonesia.
Badan Pusat Statistik China mencatat rata-rata kenaikan harga rumah baru hanya meningkat 6,7% pada April year-on-year (y-o-y), kontras dengan kenaikan rata-rata rumah baru pada Maret 7,7%. Jika dibandingkan month-on-month (m-o-m), harga rumah baru tumbuh 0,1% pada April, melambat dari kenaikan Maret tahun ini yaitu 0,2%.
Albertus memprediksi sepanjang pekan ini rupiah masih akan berkutat di kisaran 11.260 - 11.600 atau kisaran yang sama sejak Maret. Sementara itu, momentum penguatan selanjutnya akan terjadi setelah hasil pemilihan presiden dan kondisi dukungan di parlemen.
Hal senada disampaikan Sunarsip, Ekonom The Indonesia Economic Intelegence. Dia menilai dalam jangka waktu pendek rupiah masih bergerak di kisaran 11.000, hal itu didukung oleh kondisi fundamental dan makro ekonomi Indonesia.
Sementara itu, sentimen dari eksternal maupun isu politik menurutnya tidak akan berpengaruh banyak pada kondisi nilai tukar mata uang garuda itu. Pasalnya pelaku pasar dinilai belum terlalu percaya diri untuk langsung masuk ke pasar Indonesia.
"Tapi ada kemungkinan rupiah akan menguat setelah pengumuman presiden, namun hal itu juga harus dibarengi dengan sentimen positif dari eksternal," katanya.
Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah melemah 0.06% menjadi 11.419 setelah sempat menyentuh level 11.342 yang merupakan level terkuat sejak 5 pekan. Sementara itu, Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di angka 11.351.