Jakarta -Masih adanya kekhawatiran terhadap imbas kenaikan harga minyak mentah dan masih melemahnya nilai tukar Rupiah, meski telah berkurang, membuat IHSG sulit merespon positif laju bursa saham AS dan Eropa sebelumnya yang menguat pasca rapat FOMC yang masih mempertahankan tingkat suku bunga rendahnya.
Belum lagi penilaian imbas dari pemangkasan anggaran di sejumlah kementerian, terutama konstruksi, dan rilis perlambatan pertumbuhan utang luar negeri yang diasumsikan adanya perlambatan pendanaan untuk ekspansi menambah sentimen negatif. Belum adanya sentimen positif yang dapat dirasakan pelaku pasar membuat IHSG masih terbelenggu dalam zona merah. Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4900,32 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4859,20 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan berakhir di level 4864,27. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Pada perdagangan Kamis (20/6) IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 4848-4855 dan resisten 4905-4918. Black marubozu di atas lower bollinger band (LBB ). MACD masih bergerak turun dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, Stochastic, dan William's %R masih melanjutkan penurunan. IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di bawah kisaran target support (4875-4879). Meski sempat berada di kisaran target resisten (4890-4910) namun, tidak kuat bertahan dan kembali turun. Mulai menguatnya Rupiah dan masih postifnya laju bursa saham AS mestinya dapat berimbas positif pada IHSG yang sedang lesu kurang fit untuk naik.(detik.com)