korea by dewanti

Tuesday, October 29, 2013

Pasar Mulai Khawatirkan Pengetatan Fiskal

INILAH.COM, Jakarta – IHSG hanya menguat terbatas dan rupiah melemah. Pasar melakukan profit taking seiring kekhawatiran pengetatan fiskal oleh pemerintah. Seperti apa?
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, pelemahan rupiah awal pekan ini dipicu oleh aksi profit taking. Salah satunya, seiring dengan rencana pengetatan fiskal oleh pemerintah.
Menurut Christian, APBN Indonesia kemungkinan diperketat. Artinya, akan ada beberapa pemangkasan belanja pemerintah. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah sempat mencapai level terlemahnya 11.100 dari posisi terkuatnya 10.970 per dolar AS dan pembukaan di level terkuatnya itu terhadap dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (28/10/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (28/10/2013) ditutup melemah 38 poin (0,34%) ke posisi 10.048/10.058 dari posisi akhir pekan lalu 10.010/10.020.
Yang menjadi kekhawatiran pasar, lanjut Christian, adalah bagaimana kemampuan pemerintah untuk mendongkrak rencana-rencana infrastruktur yang bisa menopang tingkat belanja konsumen dan sektor produktif yang lainnya. "Pasar khawatir, anggaran untuk infrastruktur juga dipangkas," ujarnya.
Pasar juga profit taking, kata dia, sambil menunggu petunjuk tentang arah ekonomi Indonesia lebih lanjut. Apalagi, hari ini masih minim data ekonomi.
Selain itu, para investor masih menunggu laporan inflasi dan defisit neraca lancar (current account) Indonesia. Jika sesuai ekspektasi, rupiah kemungkinan baru akan melanjutkan penguatan.
Sebab, pekan lalu penguatan rupiah mencapai lebih dari 2% dan mencapai level tertinggi 8 pekan sehingga memicu aksi ambil untung.
Alhasil, rupiah melemah meski dolar AS juga melemah tipis terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS melemah tipis ke 79,24 dari sebelumnya 79,25. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke US$1,3808 dari sebelumnya US$1,3802 per euro," imbuh Christian.
Dari bursa saham, Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengaku pusing dengan kondisi pasar saat ini. "Asingnya juga pusing. Mungkin, investor asing dalam posisi trading. Mereka melihat Dow Jones Industrial Average (DJIA) sudah ketinggian, terus mereka lebih cenderung untuk profit taking," kata dia di Jakarta, Senin (28/10/2013).
Padahal, kata dia, semua sinyal terlihat bagus. "Hang Seng Index (HSI) juga masih bisa ditutup di atas resisten pertama, 22.750, menghilangkan kemungkinan munculnya double top," ujarnya.
Profit taking yang dilakukan oleh pemodal asing ini, kata Satrio, membuat pergerakan jangka pendek IHSG, terlihat masih dalam trend yang flat. "Kisarannya belum kelihatan, bisa jadi 4.550-4.650. Tapi bisa juga berbentuk wedge," papar dia. "Tapi intinya, market sedang flat."
Menurut dia, jika pasar sedang mendatar, rekomendasi standarnya adalah: jual saham yang sedang naik dan beli saham yang sedang turun. "Hari ini saya hanya rebalancing. Tapi, posisi tetap di sekitar 50% dan malah naik jadi 70% sepertinya," kata Satrio.
Lebih jauh dia menjelaskan, hari ini IHSG telah menciptakan level tertinggi bulanan baru di level 4.611, sebelum bergerak turun. "Kalau DJIA nanti malam naik, dan IHSG menciptakan new high di atas 4.611 tapi ternyata ditutup di bawah 4.611, berarti di situ saya akan jualan. Tapi, untuk hari ini, saya hanya bisa menahan posisi. Sebab, tidak ada signal negatif yang muncul." Imbuhnya.
Pada perdagangan Senin (28/10/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 9,69 poin (0,21%) ke posisi 4.590,538. Intraday terendah 4.573,395 dan tertinggi 4.611,264.