INILAH.COM, Jakarta - PT Indofarma Tbk (INAF) sepanjang tahun ini mengalami tekanan di sisi kinerja keuangan, akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP).
"Melemahnya rupiah yang membuat harga bahan baku naik dan ini membuat pengeluaran perseroan lebih besar. Impor bahan baku 90 persen lebih," kata Dirut PT Indofarma Tbk, Elfiano Rizaldi seusai paparan publi di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (24/12/2013).
Selain melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kata Elfiano, perseroan juga tertekan karena adanya kenaikan UMP di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. "UMP di Cibitung naik dari Rp1,8 juta menjadi Rp2,4 juta. Permintaan mereka justru lebih tinggi, yakni mencapai Rp2,9 juta hingga Rp3 juta. Ini jelas memberatkan perseroan," tutur dia.
Lebih lanjut, Elfiano mengatakan adanya renovasi pabrik pada tahun ini juga membuat penurunan produksi obat. Sehingga, berdampak terhadap penjualan perseroan per September 2013.
Kinerja perseroan, per September 2013 perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp 61,16 miliar. Padahal, perseroan sempat meraup laba Rp20,03 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebab penurunan kinerja tersebut adalah beban pokok penjualan.
Angkanya membengkak sebesar 1,4% dari Rp440,6 miliar menjadi Rp447,05 miliar. Namun, penjualan bersih Indofarma justru turun sekitar 8,6% dari Rp701,5 miliar menjadi Rp640,8 miliar.