INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (23/12/2013) ditutup menguat 20 poin (0,16%) ke posisi 12.180/12.205 dari posisi akhir pekan lalu 12.200/12.220.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, rupiah memang menguat tapi tidak tampak aksi pembelian. Karena itu, penguatan rupiah hari ini akibat aksi profit taking terhadap dolar AS.
Sebab, kata dia, pelemahan dolar AS juga terjadi di NDF akibat aksi realisasi untung jelang libur Natal dan tahun baru. "Karena itu, rupiah ditutup di level terkuatnya 12.180 setelah mencapai level terlemahnya 12.250 dari posisi pembukaan 12.220 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (23/12/2013).
Lebih jauh Christian menjelaskan, setelah adanya respons dari tapering Fed yang lebih senyap dibandingkan estimasi memicu profit taking. "Mereka kemungkinan beralih ke pasar aset berisiko," ujarnya.
Menurut dia, pengumuman tapering Fed senilai US$10 miliar di luar ekspektasi pasar. "Sebelumnya, pasar berekspektasi tapering baru terjadi pada Januari atau Maret 2014. Tapi, di sisi lain, reaksi pasar tidak terlalu negatif," timpal dia.
Sebab, kata dia, The Fed menyisipkan sinyal panduan moneter yang berhasil mengembalikan keyakinan para investor. The Fed sendiri menyatakan bahwa tingkat suku bunga rendah, 0-0,25% akan tetap dipertahankan meski tingkat pengangguran AS membaik ke bawah 6,5%.
Pernyataan tersebut menimbulkan persepsi di pasar bahwa tapering bukanlah pengetatan moneter. "Karena itu, reaksi di pasar obligasi pun cukup senyap seiring panduan moneter The Fed yang diperkuat dengan proyeksi suku bunga AS yang cenderung lebih dovish (pro-moneter longgar)," papar dia.
Semua itu, lanjut dia, memicu pergerakan pada indeks saham yang mencerminkan investor lebih nyaman, bahwa tapering bukan pengetatan moneter dan pertumbuhan ekonomi AS menjadi penggerak utama di balik pergerakan yield obligasi AS.
Selain itu, tapering senilai US$10 miliar dinilai pasar cukup rendah. Ini menunjukkan bahwa proses tapering Fed akan berjalan secara gradual.
Yang lebih penting bagi para pelaku pasar adalah proyeksi, arah suku bunga berikutnya. Pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke menunjukkan bahwa tapering US$10 miliar lebih moderat. "Ini lebih meyakinkan bagi para pelaku pasar yang pada awalnya takut tapering yang lebih agresif," ucapnya.
Belum lagi, rapat FOMC menyebutkan bahwa program tapering The Fed itu tetap tergantung pada data ekonomi AS yang dirilis. "Jika data ekonomi AS membaik, tapering tersebut baru dilanjutkan. Tapi, bisa saja ditunda dulu tapering-nya dan terutama kenaikan suku bunga AS kemungkinan baru akan terjadi di akhir 2015," ucapnya.
Alhasil, dolar AS melemah terbatas terhadap mayoritas mata uang utama tapi menguat tipis terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS melemah tipis ke 80,50 dari sebelumnya 80,55. "Tapi, di sisi lain, terhada euro, dolar AS ditransaksikan menguat tipis ke US$1,3673 dari sebelumnya US$1,3675 per euro," imbuh Christian.