Jakarta -Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada perdagangan perdananya dibuka menguat di level Rp 660 per saham dari penawaran harga pada saat Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 580 per saham.
Saham ini sempat menyentuh level tertinggi di angka Rp 720 per saham dan level terendahnya di angka Rp 640 per saham. Saham ini ditransaksikan sebanyak 227 kali dengan volume 31 ribu lot dengan nilai transaksi Rp 10 miliar.
"Ini adalah awal yang baik. Kami akan transparan. Sayang sekali saya tidak bisa menghadirkan ibu saya dalam pencatatan saham ini yang merupakan pemegang saham terbesar. Tanpa dia tidak akan seperti ini," kata Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat sambil menangis saat acara pencatatan saham perdananya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (18/12/2013).
Pemilik merek jamu Sido Muncul ini mencatatkan sahamnya di BEI hingga 15 miliar. Sementara yang dilepas ke publik sebanyak 1,5 miliar saham atau setara 10% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dengan harga saham Rp 580 per saham, total dana segar yang berhasil diraih sebesar Rp 870 miliar. Dana hasil Initial Public Offering (IPO) akan digunakan untuk modal kerja, investasi, dan pengembangan sistem teknologi dan informasi (TI).
Rinciannya, sekitar 56% dana hasil IPO ini akan dialokasikan untuk mendukung modal kerja, sebanyak 42% untuk investasi, dan 2% sisanya untuk pengembangan sistem IT.
Sebagian dana yang sudah dialokasikan untuk investasi akan dipakai untuk membeli tanah sekitar 10 hektar di Semarang. Di tanah barunya itu perseroan akan membangun pabrik baru untuk memproduksi produk Tolak Angin.
Dana investasi juga akan digunakan anak usaha perseroan, PT Muncul Mekar, untuk membeli tanah 18.000 meter persergi untuk membangun gudang barang jadi, dan sisanya untuk membeli mesin produksi oleh PT Semarang Herbal Indo Plant.
Perusahaan ini akan menjadi emiten ke-31 alias terakhir yang mencatatkan sahamnya di BEI tahun ini.
Berikut 30 emiten yang sudah masuk bursa: PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM), PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL), PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP), PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), PT Dyandra Media International Tbk (DYAN), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Apexindo Pratama Duta (APEX) (relisting), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Acset Indonusa Tbk (ACST), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Nusa Raya Cipta (NRCA), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII), PT Victoria Investama Tbk (VICO), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), dan PT Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD), PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT), PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA), PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Arita Prima Indonesia Tbk (APII), PT Grand Kartech Tbk (KRAH), PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS), PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). (detik.com)