INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (17/2/2014) ditutup menguat 50 poin (0,42%) ke posisi 11.770/11.790 dari posisi akhir pekan lalu 11.820/11.835.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah awal pekan ini, terjadi salah satunya seiring sentimen penguatan pada berbagai valuta dari negara-negara emerging market. Terutama, setelah rilis data AS yang mengecewakan akhir pekan lalu.
Antara lain, lanjut Christian, rilis industrial production AS yang -0,3% di bawah perkiraan 0,2% dan lebih rendah dibandingkan rilis bulan sebelumnya.
"Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.650 dengan level terlemah 11.780 dari posisi pembukaan di level terlemahnya itu," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (17/2/2014).
Begitu juga dengan data AS yang lain seperti capacity utilitation yang melemah. "Data AS sebelumnya seperti retail sells dan unemployment claim yang juga menjadi sentimen negatif bagi dolar AS," ujarnya.
Lalu, kata dia, pada awal pekan ini pasar masih melakukan profit taking atas dolar AS seiring adanya kelegaan atas krisis yang sempat menimpa valuta negara-negara emerging. "Kelegaan tersebut juga diperkuat oleh Pidato Gubernur The Fed Janet Yellen yang direspons positif oleh para pelaku pasar," tandas Christian.
Apalagi, menurut dia, pemulihan ekonomi AS masih lemah. Yellen mengekspresikan rencananya untuk melanjutkan tapering. "Hanya saja, dalam beberapa pekan terakhir, data AS sebagian besar dirilis melemah sehingga kembali menimbulkan pertanyaan bagi optimisme The Fed dan kemampuan ekonomi AS untuk terus melanjutkan tapering," tuturnya.
Yelen sendiri, lanjut Christian, mengindikasikan, laju tapering bisa berubah jika data ekonomi AS menunjukkan pelambatan.
Sementara dari dalam negeri, kata dia, pasar mendapat angin positif dari optimisme pemulihan defisit neraca lancar Indonesia. "Pejabat BI tadi pagi menyatakan, defisit neraca lancar untuk kuartal I-2014 kemungkinan akan membaik seiring dengan aktivitas perekonomian yang secara perlahan mulai menunjukkan peningkatan," papar dia.
Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS melemah ke 80,07 dari sebelumnya 80,15. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,3711 dari sebelumnya US$1,3693 per euro," imbuh Christian.