korea by dewanti

Tuesday, February 18, 2014

Sudah Jenuh Beli, IHSG Masih Bisa Menguat

Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin tumbuh 47 poin setelah diguyur dana asing lebih dari Rp 1 triliun yang masuk hari ini. Aksi beli ramai terjadi didominasi pelaku pasar asing.
Mengakhiri perdagangan awal pekan, Senin (17/2/2014), IHSG ditutup menanjak 47,324 poin (1,05%) ke level 4.555,368. Sementara Indeks LQ45 ditutup melonjak 9,126 poin (1,20%) ke level 766,718.
Pasar saham Wall Street Senin kemarin tutup memperingati President's Day. Nilai tukar dolar AS mencapai titik terendah dalam 6 bulan terakhir dibandingkan dengan beberapa mata uang negara-negara besar.
Posisi IHSG sudah overbought karena penguatan yang terus terjadi sejak pekan lalu. Dengan posisi yang tinggi ini penguatan IHSG diperkirakan akan mulai melambat meski masaih ada ruang untuk naik.
 
Pergerakan bursa-bursa di Asia pagi hari ini:
  • Indeks Nikkei 225 melonjak 221,54 poin (1,54%) ke level 14.614,65.
  • Indeks KOSPI berkurang 7,17 poin (0,37%) ke level 1.939,19.
Rekomendasi untuk perdagangan saham hari ini:

Mandiri Sekuritas
Pasar saham AS kemarin tidak diperdagangkan (libur) dalam rangka memperingati hari ulang tahun kota Washington. Meski begitu, kalangan investor tetap fokus pada rilis data ekonomi Paman Sam dan notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC Meeting) The Fed yang akan dirilis Rabu, (19/02).
Di sisi lain, indeks saham di berbagai negara Asia pagi ini dibuka menguat. Indeks Nikkei 225 di Jepang tercatat naik +0,94%, sedangkan indeks KOSPI Composite di Korea Selatan menguat +0,07%.
Pada pasar komoditas, harga minyak mentah WTI Crude Oil berbalik arah melemah -0,05% ke level US$100,30 per barel, setelah tiga hari berturut-turut menguat. Bertolak belakang dengan harga minyak, kontrak berjangka emas Comex terapresiasi +1,41% ke posisi US$1.319 per troy ounce.
Dari dalam negeri, investor asing terus masuk ke pasar modal Indonesia, seiring membaiknya makro ekonomi dalam negeri. Penguatan rupiah, turunnya defisit neraca perdagangan berjalan dan estimasi inflasi yang terjaga juga menjadi katalis positif bagi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Analis Teknikal Mandiri Sekuritas mengatakan, kemarin IHSG bergerak mantap di zona hijau pada sepanjang sesi, dan dibarengi lonjakan signifikan value maupun volume perdagangan.
Meski Stoch sudah berada cukup tinggi di teritori overbought, namun dengan masih adanya ruang kenaikan bagi akumulasi yang dilakukan pelaku pasar, dapat menjadi katalis pendorong indeks untuk menguji resistance 4.563-4.575.
 
Trust Securities
Laju IHSG ternyata masih mampu mengalami kenaikan di awal pekan ini meskipun sempat membuat kami khawatir dengan posisinya yang hampir menyentuh batas overbought. Apalagi penguatan pada akhir pekan sebelumnya terlihat terbatas dan seperti mengindikasikan adanya peluang pelemahan. Itulah dalam ulasan sebelumnya kami tuliskan bahwa pertarungan kekuatan beli dan jual masih akan mewarnai IHSG di awal pekan. Meski peluang kenaikan tipis namun, tetap waspadai pelemahan lanjutan IHSG. Akan tetapi, rilis surplusnya neraca pembayaran dan berkurangnya defisit transaksi berjalan Q4-13 BI yang disertai kenaikan Rupiah karena kebijakan BI serta dibarengi dengan berita kenaikan kredit di China membuat IHSG melesat.
Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4560,10 (level tertingginya) di pertengahan sesi 2 dan menyentuh level 4524,53 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan berakhir di level 4555,37. Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Pada perdagangan Selasa (18/2) diperkirakan IHSG akan berada pada support 4500-4540 dan resistance 4580-4588. Berpola menyerupai white marubozu dekati upper bollinger bands (UBB). MACD masih bertahan naik dengan histogram positif yang sedikit memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic masih uptrend terbatas. IHSG mampu bertahan di kisaran resisten (4520-4527) dan bahkan mampu melewatinya sehingga memberikan efek positif bila ingin melanjutkan kenaikannya yang juga didukung laju bursa saham global. Akan tetapi, bila sebagian besar pelaku pasar memanfaatkan kenaikan ini untuk ambil untung masif maka potensi kenaikan lanjutan itu pun bisa sangat berkurang. (detik.com)