INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (18/2/2014) ditutup melemah 65 poin (0,55%) ke 11.835/11.845 dari posisi kemarin 11.770/11.780.
Ariston Tjendra, kepala riset Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah yang terlalu cepat memberi peluang bagi pelaku pasar untuk membeli dolar AS.
"Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 11.880 dari posisi terkuatnya 11.775 yang sekaligus level pembukaan terhadap dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Lebih jauh Ariston menjelaskan, penguatan rupiah belakangan ini didukung oleh pelemahan dolar AS akibat data ekonomi AS yang menunjukkan angka yang lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar. "Kemudian, ada ekspektasi The Fed akan mempertahankan kebijakan pelonggarannya hingga akhir tahun 2014," ujarnya.
Dari internal, lanjut dia, rupiah mendapat dukungan dari data current account Indonesia yang bagus karena kuratal IV-2013 mengalami surplus. "Semua itu, menguatkan rupiah," tandas dia.
Akan tetapi, kata Ariston, karena penguatan rupiah terlalu cepat, pelaku pasar belum bisa menerimanya. "Meskipun, semua sentimen masih mendukung penguatan rupiah jika melihat data yang dirilis terakhir," tuturnya.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama tapi melemah terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).
Indeks dolar AS menguat ke 80,17 dari sebelumnya 80,14. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,3716 dari sebelumnya US$1,3706 per euro," tuturnya.
Penguatan euro terhadap dolar AS, kata Ariston, dipicu oleh data current account non seasonal zona euro yang mengalami surplus melebihi ekspektasi pasar. Angkanya mencapai 33,2 miliar euro dari angka sebelumnya sebesar 27,4 miliar euro.
"Meski dolar AS melemah terhadap euro, terhadap rupiah tetap masih kuat karena penguatan rupiah yang terlalu cepat," imbuh Ariston.