korea by dewanti

Monday, June 23, 2014

IHSG Sulit Bangkit

INILAHCOM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melemah sepanjang sepekan kemarin. Indeks saham melemah 0,34% ke 4.847,70 pada akhir perdagangan Jumat (20/6/2014). Investor asing mengalami net buy Rp42,02 miliar.
Analis pasar modal dari PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan pemicunya karena rupiah masih tertekan. "Tidak banyak bursa saham Asia yang mampu lanjutkan penguatannya dan kembali melemahnya laju nilai tukar rupiah membuat IHSG kesulitan untuk bangkit," ujar Reza di Jakarta, Minggu (22/6/2014).
Meskipun rupiah sempat menguat namun trennya masih melemah sebab, rupiah tidak berada pada ekspektasi range perkiraannya. "Harapan kami terhadap mulai menguatnya Rupiah dan masih postifnya laju bursa saham AS dapat berimbas positif pada IHSG yang sedang lesu kurang fit untuk naik, hanya berlangsung sesaat di awal perdagangan namun, sepanjang perjalannya IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah," jelasnya.
Reza menyebutkan sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4884,48 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4847,70 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4847,70.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan penurunan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
"Pertahanan rupiah di zona hijau bocor sehingga kembali melanjutkan pelemahannya. Apalagi setelah beredar kabar bahwa peningkatan inflasi AS akan bertahan dan diperkirakan cenderung meningkat lebih cepat sehingga The Fed akan lebih cepat pula dalam menaikkan tingkat suku bunga Fed rate," katanya.
Reza mengutarakan alasan laju Rupiah di bawah level resisten 11927. Sebab perkiraan Rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahannya namun dapat terbatas. Rp11975-11959 (kurs tengah BI).
"Sentimen ini yang membuat dolar AS kembali menguat dan tentunya berimbas negatif pada rupiah. Kekhawatiran masih adanya potensi peningkatan tensi geopolitik di Irak terhadap melonjaknya harga minyak mentah turut menambah sentimen negatif rupiah," jelasnya.