INILAH.COM, Jakarta Kemelut sebelum tercapainya kesepakatan kembali beroperasinya pemerintah AS dan kenaikan pagu utang telah mendongkrak nilai tukar rupiah 167 poin dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sepekan terakhir menguat 167 poin (1,45%) ke posisi 11.308 per 18 Oktober 2013 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 11 Oktober 2013 di level 11.475 per dolar AS.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju rupiah masih di zona positif selama sepekan kemarin. "Sentimen gagalnya kesepakatan anggaran yang dicapai pemerintah-senat AS membuat pelaku pasar kembali menjauhi mata uang dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (20/7/2013).
Kondisi tersebut, lanjut dia, dimanfaatkan mata uang Asia untuk mengalami apresiasi. "Apalagi, lembaga pemeringkat Fitch mengancam melakukan downgrade peringkat utang AS yang disebabkan negosiasi debt ceiling masih terus berlarut tanpa diketahui akhirnya," ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, rupiah juga terbantukan dengan penguatan Yuan setelah China melaporkan kenaikan cadangan valasnya menjadi US$3,66 triliun.
Jelang akhir pekan, bersamaan dengan meredanya kekhawatiran akan shutdown ekonomi AS yang berkepanjangan, membuat daya tarik dolar AS kembali mengalami kenaikan. "Kondisi ini kembali melemahkan nilai tukar rupiah," timpal dia.
Padahal di sisi lain, laju dolar AS hanya mengalami kenaikan tipis. "Sebab, sentimen dari akan tercapainya kesepakatan anggaran AS terhalangi dengan eskpektasi The Fed yang akan mempertahankan program stimulusnya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS," imbuh Reza.