korea by dewanti

Monday, October 21, 2013

Rupiah Masih dalam Jalur Penguatan

INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (21/10/2013) diprediksi menguat. Positifnya data-data China jadi salah satu katalisnya.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, arah nilai tukar rupiah awal pekan ini masih berpotensi terkonsolidasi tapi dengan kecenderungan menguat. Sebab, data ekonomi yang dirilis di AS juga cukup minim.
Karena itu, rupiah masih dalam jalur penguatan. "Rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya hingga ke 11.200 dan kalaupun melemah, sudah terbatas di 11.315," katanya kepada INILAH.COM.
Menurut Christian, positifnya data-data China yang dirilis akhir pekan lalu seharusnya masih kondusif untuk penguatan rupiah. Selain itu, dilaporkan adanya kenaikan cadangan devisa China. "Ini menunjukkan adanya arus hot money yang masih terus mengalir ke emerging market," ujarnya.
Aliran dana panas tersebut, kata dia, kemungkinan disebabkan adanya antisipasi pasar atas pengunduran tapering (penarikan stimulus) dari Bank Sentral AS, The Fed. "Selain itu, penguatan rupiah juga karena faktor momentum pelemahan dolar AS seiring minimnya katalis positif dari AS sendiri," papar dia.
Data-data ekonomi yang dirilis awal pekan ini, lanjut dia, hanya existing home sales yang diperkirakan mengalami penurunan tipis dari sebelumnya 5,48 juta unit menjadi 5,39 juta unit. "Penurunan ini akan berpengaruh pada pelemahan dolar AS," tuturnya.
Jika lancar, kata dia, setelah tembus 11.200, rupiah akan menembus 11.000 per dolar AS. "Apalagi, penguatan rupiah juga sudah ditunjukkan oleh pasar NDF yang sudah menembus 10.900 per dolar AS, bahkan sempat mencapai level terkuatnya 10.800," ucapnya.
Hanya saja, Chrisitian mengakui, penguatan rupiah memang tidak bisa cepat karena ada kebijakan pemerintah yang membatasi aksi-aksi spekulatif. "Karena itu, di pasar cukup berimbang antara suplai dan demand rupiah saat ini. Tapi, secara keseluruhan, arah rupiah adalah penguatan," tandas dia.
Apalagi, lanjut dia, pekan ini juga ada pertemuan di Beijing dari tiga negara dengan ekonomi terbesar di Asia yakni China, India, dan Rusia. "Kemungkinan pertemuan ini akan coba mempertimbangkan kebijakan lain untuk mengalihkan penggunaan dolar AS," kata Christian.
Kebijakan ini, lanjut dia, diambil setelah AS mengalami kebuntuan anggaran yang memicu risiko gagal bayar. Berbagai negara yang menjadi partner dagang China akan coba mendiversifikasi cadangan devisanya ke aset-aset non-dolar AS.
Meskipun, Christian menjelaskan, agenda utama pertemuan tersebut adalah tentang minyak dan energi. Hanya saja, pembayaran setiap perdagangan energi kemungkinan akan menggunakan mata uang selain dolar AS. "Ini bisa menjadi katalis negatif tambahan bagi dolar AS," tandas dia.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS  di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (18/10/2013) ditutup menguat 5 poin (0,04%) ke posisi 11.320/11.325.