INILAH.COM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah mendapat tekanan negatif seiring mencuatnya isu pemangkasan stimulus The Fed. Tapi, positifnya beberapa data Eropa membatasi pelemahannya. Seperti apa?
Berdasrkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), dalam sepekan terakhir rupiah melemah 50 poin (0,44%) ke posisi 11.404 pada 8 November 2013 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 1 November di level 11.354 per dolar AS.
Reza Priyambada, kepala riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah sepanjang sepekan kemarin. "Adanya rilis indeks manufaktur AS di awal pekan yang di atas estimasi membuat laju nilai tukar dolar AS masih terapresiasi sehingga makin menekan laju nilai tukar rupiah yang masih memperpanjang pelemahannya," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (10/11/2013).
Lebih jauh dia menjelaskan, dolar AS bergerak naik seiring semakin gencarnya spekulasi tappering off yang akan dipercepat. "Selain itu, imbas dari rilis kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia masih mewarnai laju pelemahan rupiah," ujarnya.
Apalagi, kata dia, rilis ISM Non manufacturing dan Redbook AS yang mengalami pertumbuhan positif juga menjadi batu sandungan bagi rupiah. "Sebab, data tersebut semakin memperkuat spekulasi tappering off stimulasi The Fed akan dipercepat," timpal dia.
Lalau, adanya rilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang melambat turut direspons negatif meski tidak sedalam sebelumnya. "Sebab, itu masih sesuai dengan estimasi akan terjadinya perlambatan," papar dia.
Pelemahan rupiah juga sempat terbatas setelah dilaporkan terjadinya peningkatan permintaan terhadap obligasi dalam negeri oleh bank asing. "Setelah rupiah dihantam penguatan dolar pasca dirilisnya data-data ekonomi AS yang sebagian besar menunjukkan pertumbuhan positif, rupiah pun sempat rebound seiring laju nilai tukar euro yang kembali mengalami penguatan," ucap Reza.
Kenaikan nilai tukar euro terjadi setelah rilis kenaikan indeks harga perumahan Inggris, pertumbuhan factory orders Jerman, dan peningkatan services PMI di sejumlah wilayah Zona Euro. "Meski sempat rebound, di akhir pekan rupiah kembali melemah setelah merespons data-data positif AS," imbuhnya.