Nusa Dua -Penguatan dolar AS yang sudah mendekati Rp 12.000 ini menekan perekonomian Indonesia, dan bakal membuat subsidi BBM serta listrik meningkat. Pelemahan rupiah terjadi karena tingginya impor minyak.
"Kita tahu permasalahan akibat rupiah melemah ini adalah karena impor minyak, kita sudah tahu kok dasar persoalannya, ya karena impor minyak, jangan disebut impor migas, karena kita gak kita tidak impor kita justru ekspor," ujar Menteri ESDM Jero Wacik ditemui di acara 4th ASEAN Ministerial Meeting On Minerals and Associated Meetings, di Nusa Dua, Bali, Kamis (28/11/2013).
Jero mengakui, pelemahan rupiah ini juga akan semakin membuat subsidi BBM dan listrik yang harus diberikan pemerintah membengkak.
"Maka itu kita harus punya program kurangi impor minyak, salah satunya adalah mendorong penggunaan biodiesel, karena biodiesel kita bisa produksi sendiri, kita campur ke minyak, kalau 10% saja dicampur itu besar juga kan, artinya impornya tinggal 90% saja," ungkapnya.
Melemahnya rupiah ini juga dikhawatirkan akan berdampak pada membengkaknya subsidi listrik, apalagi perhitungan kurs dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan sebesar adalah Rp 9.600 per dolar.
"Pasti (membengkak), karena kurs yang kita tetapkan dalam APBN P 2013 sebesar itu (Rp 9.600 per dolar), namun berapa besarnya nanti kita baru bisa dilihat sampai akhir tahun, berapa rata-rata kurs selama 2013," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman ditemui ditempat yang sama.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan pernah menyatakan, tahun ini anggaran subsidi BBM diperkirakan bakal meningkat 12% atau Rp 24 triliun menjadi Rp 224 triliun. Padahal anggaran di APBN-P 2013, anggaran subsidi BBM sudah dialokasikan Rp 200 triliun.
Bengkaknya subsidi BBM disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Seperti diketahui, mayoritas BBM diimpor, sehingga pelemahan rupiah dan harga minyak internasional sangat berdampak pada subsidi BBM.
Seperti diketahui, tingginya impor minyak membuat neraca perdagangan pemerintah defisit. Permintaan dolar di dalam negeri untuk mengimpor minyak terus tinggi dan menekan rupiah. Pelemahan rupiah makin ditekan oleh penarikan dana asing dari Indonesia, karena kondisi defisit neraca perdagangan, dan juga isu pengurangan stimulus (tapering off) oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). (detik.com)