Jakarta -Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan PT Bank Mandiri Tbk harus berkonsolidasi alias memperkuat posisi demi menghadapi persaingan usaha di tingkat internasional.
Penguatan posisi itu harus dilakukan dengan bersatunya dua bank milik negara tersebut. Pasalnya, Indonesia butuh bank skala besar yang mampu bersaing dengan bank-bank internasional lainnya.
"Melihat bagaimana kita menghadapi kondisi globalisasi dan khususnya lagi ASEAN Economic Community, yang sudah di dalam kita lah, bukan di depan pintu lagi, patut bagi Indonesia, yang ekonominya sebesar ini punya bank berskala regional. Dan cara yang bisa dilakukan saat ini adalah konsolidasi," kata Kepala BKPM Mahendra Siregar.
Hal tersebut disampaikan Mahendra saat ditemui di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2014). Bentuk konsolidasinya sendiri tidak masalah, kata Mahendra, yang terpenting adalah Indonesia punya bank besar yang siap bertarung di era globalisasi.
"Bagaimana rumusannya, bisa kita cari pilihannya apakah akuisisi atau menjadi bagian dari anak usahanya kita sedang cari formulasinya. Yang saya lebih concern, memang betul konsolidasi dari bank kita yang besar itu mutlak, memasuki era globalisasi," ujarnya.
Sinergi yang akan dilakukan adalah Bank Mandiri mengambil alih 61% kepemilikan saham di BTN. Pemerintah berharap BTN bisa berkembang lebih besar lagi setelah menjadi anak usaha bank dengan aset terbesar di Indonesia.
"Dengan sinergi yang lebih besar lagi, dari variasi bisnis mereka justru saya kira visi strategis dari pemerintah akan efektif lagi," ungkapnya.
Ia juga percaya fungsi BTN sebagai penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan tetap eksis. Bahkan, fungsi BTN bisa lebih baik lagi setelah dilengkapi Bank Mandiri.
Namun ia mengakui tidak mudah menyatukan beberapa BUMN ke dalam satu induk usaha. Banyak penolakan di sana-sini, belum lagi isu negatif yang selalu menempel, seperti PHK karyawan, gaji dipangkas, sampai dana nasabah bisa bermasalah.
Tapi ada contoh nyata, yaitu pembentukan induk usaha produsen semen BUMN, yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Semen Indonesia waktu masih bernama Semen Gresik, mengakuisisi banyak produsen semen pelat merah dan kini menjadi induknya.
Kini Semen Indonesia sudah bisa menguasai pasar semen dalam negeri, bahkan bisa mengakuisisi perusahaan asing sampai buka pabrik baru di luar negeri. Ini yang menjadi tujuan pemerintah.
"Kebetulan kami juga ikut mengawal pembentukan dari awal, proses pembuatan holding strategis dari Semen Indonesia, memang tidak mudah menyatukan budaya perusahaan BUMN yang berbeda di Semen Gresik, Padang dan Tonasa," katanya.
"Itu dengan niat yang baik apapun yang terkait dengan perbedaan itu bisa dijembatani. Justru sinergi strategisnya itu hasilnya berlipat ganda, daripada hanya kekuatan masing-masing. Saya rasa pilihan yang tepat, dan waktu kita tidak banyak. Tidak berleha-leha dan berwacana," tutupnya. (detik.com)