INILAHCOM, Jakarta Mengawali perdagangan pekan ini, IHSG gagal tutup di atas resisten 4.906. Pasar pun dinilai harus mencari sentimen di luar pemilu, lebih tepatnya di luar Jokowi Effect.
Pada perdagangan Senin (21/4/2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 4,764 poin (0,10%) ke posisi 4.892,288. Intraday terendah 4.887,775 dan tertinggi 4.915,2013. Investor asing masih mencatatkan pembelian bersih sebsar Rp315,3 miliar.
Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan, Calon Presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) menunda pengumuman cawapres. "PDIP dan Jokowi sudah secara resmi bilang bahwa pengumuman cawapres bakal menunggu hasil pleno Pemilu Legislatif (Pileg)," kata dia di Jakarta, Senin (21/4/2014).
Kalau begitu, kata dia, berarti gerak 'market'-nya terpaksa berdikari. "Kita disuruh mencari amunisi dari sentimen lain. Padahal, regional flat, tidak terlihat adanya signal yang jelas," ujarnya.
Aliran dana asing juga masih 'steady' di mana saat pre-closing, net buy asing masih di atas 300 miliar. "Masih bagus. Belum ada tanda-tanda asing balik badan jadi posisi jual," timpal dia.
Akan tetapi, Satrio menggarisbawahi, sejak tadi siang dia memutuskan untuk mengurangi posisi. "Target saya sih, saya bakal mengurangi jadi 70%75%. Karena IHSG gagal ditutup di atas 4.906 lagi, saya mengurangi posisi hingga 50%," ucapnya.
Bursa regional, menurut dia, masih tidak menentu. Tanpa sentimen Pemilu, menurut Satrio, sepertinya sulit bagi IHSG untuk bisa mempertahankan tren naik jangka menengah.
Kalau tren naik jangka pendek ini kelar, IHSG bakal memasuki fase konsolidasi. "Enggak jauh sih sebenarnya, hanya sampai kisaran 4.625-4.750. Tapi, menahan posisi trading full power ketika tren jangka pendek sedang bermasalah, 'bukan gue banget' deh sepertinya," kata dia berseloroh.
Dia menegaskan, IHSG akhirnya ditutup di bawah resisten 4.906 lagi. "Saya exit sebagian posisi berharap IHSG turun dikit, sebelum saya mulai positioning lagi," imbuhnya.