korea by dewanti

Tuesday, April 22, 2014

Menakar 'AALI Effect' pada Saham-saham Sawit

INILAHCOM, Jakarta--Emiten AALI sudah merilis kinerjanya yang moncer di kuartal pertama tahun ini. Bagaimana dengan prospek saham-saham CPO lainnya?
Asep Muhammad Saepul Islam, investor independen mengatakan, mencermati laporan keuangan kuartal 1/2014, tercatat laba bersih PT Astra Agro Lestari melonjak tajam 120,12% secarayear-on-year(y-o-y) dari Rp356,36 miliar menjadi Rp784,56 miliar.
Lonjakan laba ini ditopang oleh selisih kurs. Perseroan berhasil membukukan laba kurs senilai Rp165,72 miliar. "Padahal, pada kuartal I/2013 laba kurs AALI justru merugi sekitar Rp3,28 miliar," katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Senin (21/4/2014).
Sementara itu pendapatan yang diraup AALI tercatat menguat 36,76% ke level Rp3,72 triliun dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp2,72 triliun. Dengan demikian laba bersih per saham dasar sebesar 498,24 atau naik 120,17% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 226,3 per saham. Dengan laba bersih disetahunkan, maka PER AALI saat ini berada di kisaran 14,23 x.
Untuk rasio keuangan lainnya, pengelola website www.mangamsi.com ini merinci Price to Book Value (PBV) AALI di level 3,83x, ROE 26,95%, dan DER 0,22x. Rasio-rasio dalam gambar di bawah ini menunjukkan bahwa kinerja AALI cukup atraktif dengan valuasi yang masih murah dibandingkan saham sejenis di sektornya.
Walhasil, kinerja yang moncer ini langsung diresponspositif oleh pasar. Saham AALI naik sebesar Rp1,250atau 4.61% pada hari terakhir perdagangan pekan kemarin.
 
sumber: IPOT
 
Bagaimana dengan saham-saham CPO lainnya? Menarik untuk ditunggu, imbas melonjaknya kinerja saham AALI ini menular ke saham-saham lainnya di sektor perkebunan.
Hal ini terkait dengan tren kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) sejak awal tahun ini akibat berkurangnya pasokan. Selain itu, gejala munculnya El Nino membuat pasar khawatir produksi tahun ini bakal terganggu, terutama dari Indonesia dan Malaysia.
Saham-saham CPO selain AALI yang layak dicermati antara lain LSIP, SIMP, SSMS dan BWPT, terutama dari sisi kapitalisasi pasar dan likuiditas perdagangannya. Tabel berikut ini mencoba membandingkan kinerja keempat saham dimaksud.
sumber: IPOT
 
Dari tabel di atas, menurut dia, nampak bahwa saham SSMS lebih atraktif dibanding ketiga saham lainnya. SSMS mengunggguli kompetitornya dalam hal pertumbuhan laba kotor, marjin laba operasional, marjin laba bersih, PER, ROA, ROE, DER dan EV/EBITDA.
Sementara itu, BWPT berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan yang di atas rata-rata, namun pertumbuhan laba kotornya justru negatif.
LSIP juga menarik, selain karena kapitalisasinya cukup besar dan lebih likuid, emiten ini juga tidak memiliki utang dan menyimpan kas sekitar 1,4 triliun. Sementara itu SIMP sebagai induk usaha dari LSIP masih diperdagangkan di bawah nilai bukunya dengan rasio PBV 0,92x.
Bagaimana denganindikator teknikal keempat saham ini? "LSIP sedang kembali mencoba mencetak new high di tahun ini. Level Rp2.420 akan menjadi resisten kuat yang menghadang laju LSIP, terlebih lagi stochastic sudah menunjukkan overbought," papar dia.
Seirama dengan LSIP, SSMS pun sedang mencoba menciptakan rekor baru harga tertinggi tahun ini. Sementara itu, SIMP masih berada di kisaran Rp940 dengan support kuat di Rp925 dan resisten di level Rp1.000.
Terakhir, BWPT sedang berada di area konsolidasi dengan resisten terdekat di 1375 dan support di 1345. "Harga tertinggi BWPT tahun ini berada di level Rp1.420 sekaligus resisten kuat untuk membentuk new high seperti kompetitornya," imbuh dia.