korea by dewanti

Friday, November 22, 2013

Spekulasi Pelemahan Rupiah Berlanjut

INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (22/11/2013) diprediksi melemah seiring berlanjutnya spekulasi.
Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, Jumat ini spekulasi pelemahan rupiah masih akan berlanjut seiring outlook fundamental ekonomi dari negara berkembang yang masih pesimistis. Hal ini, lanjut dia, terjadi setelah dilaporkan Indeks PMI China yang menunjukkan pertumbuhan yang lemah pada November 2013. Angkanya dirilis 50,4 atau lebih lemah dari ekspektasi 50,9 dan publikasi sebelumnya di level yang sama.
Kondisi itu, kata dia, mengindikasikan, ekonomi terkuat kedua di dunia itu, mungkin bisa kehilangan momentum penguatan ekonomi pada kuartal IV-2013. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dalam kisaran 11.800 hingga 11.655 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.
Lebih jauh Christian mengjelaskan, yang juga masih mendominasi sentimen pasar adalah konsensus yang terbentuk dalam anggota dewan Federal Open Market Committee (FOMC) seperti yang tampak dalam rilis notula kemarin malam. "Notula menunjukkan bahwa ada kemungkinan tapering pada Desember 2013," ujarnya.
Terutama, kata Christian, jika data non-farm payroll yang akan dirilis 6 Desember 2013 bisa mengonfirmasi kestabilan pasar tenaga kerja AS yang tampak pada Oktober 2013 dan awal November.
Dia menjelaskan, jika dilihat rata-rata non-farm payroll tiga bulan, pertumbuhannyya solid. "Lalu, jika diambil rata-rata dalam setahun terakhir, non-farm payrolls AS sangat sehat di kisaran 190 ribu per bulannya," papar dia.
Semua itu, berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. "Apalagi, jika semalam klaim tunjangan pengangguran dilaporkan sesuai ekspektasi yang menunjukkan perbaikan ke 333 ribu dibandingkan sebelumnya 339 ribu," ucapnya.
Lalu, AS juga melaporkan indeks manufaktur PMI yang sudah diprediksi naik posisi ke 52,6 dari publikasi sebelumnya 51,6.
Menurut Christian, tekanan terhadap rupiah kemungkinan baru bisa mereda pada kuartal I atau II-2014. Asumsinya, dalam satu-dua kuartal mendatang, defisit current account mulai membaik dan inflasi juga mulai normal. "Jika ini yang terjadi, bisa membuka ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya," timpal dia.
Meskipun, dia menggarisbawahi, BI kemungkinan masih akan mempertahankan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) Rate agar mengunci likuiditas yang berlebih pada sistem perbankan domestik supaya tidak menambah tekanan negatif bagi rupiah. "Sebab, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 2014 akan sangat sulit tanpa pelonggaran monter," imbuhnya.
Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS  di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (21/11/2013) ditutup melemah 45 poin (0,38%) ke 11.695/11.710 dari posisi sehari sebelumnya 11.650/11.665.
Sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 11.725 setelah mencapai level terkuatnya 11.670 dari posisi pembukaan di level terkuatnya itu terhadap dolar AS.