korea by dewanti

Wednesday, October 16, 2013

Awas, Pasar Saham Bakal Terguncang

Jakarta - Jika pemerintah Amerika Serikat benar-benar tidak mampu membayar kewajiban utangnya alias defalut, maka dampaknya diperkirakan akan melanda perekonomian global. Negara maju, negara berkembang, sampai negara miskin akan merasakan tekanan hebat.
"Ketika Anda adalah kekuatan ekonomi nomor satu di dunia, menjadi safe haven setiap saat, maka tidak bisa hanya mengandalkan sekedar utak-atik akuntansi. Harus ada langkah nyata untuk menghindari hal ini," kata Christine Lagarde, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) seperti dikutip NBC News.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker, menilai jika AS benar-benar tak bisa membayar utangnya, akan terjadi guncangan dahsyat di pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Dampaknya antara lain adalah tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Namun bisa saja kemudian orang-orang mencari alternatif investasi. Ketika pasar di negara maju drop, maka mereka akan masuk ke emerging market seperti Indonesia," kata Satrio.
Satrio memperkirakan meskipun ada tekanan, IHSG tidak akan terjun ke level di bawah 4.000 poin. Akhir pekan lalu, IHSG ditutup sebesar 4.519 poin dan untuk pekan ini dia menyebutkan pergerakannya tidak jauh dari itu.
"Kalau pun level support 4.500 tertembus, kami perkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 4.300-4.400. Namun jika yang terjadi justru menguat, IHSG mampu mencapai level 4.800," ucap Satrio.
Indonesia, lanjut Satrio, masih memiliki keunggulan domestik yang bisa menarik investor. "Ekonomi kita memang turun, tapi tidak jelek-jelek amat. Kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen," ujarnya.
Meski demikian, Satrio berharap ada kejelasan di AS agar pelaku pasar lebih tenang dan tidak berspekulasi. "Kita berharap ada deal sebelum deadline. Sekarang orang masih belum berani melakukan apa-apa," tuturnya.
Agustinus Prasetyantoko, Ekonom Bank Tabungan Negara, memiliki pendapat agak berbeda. Menurut dia, bisa saja IHSG menyentuh level di bawah 4.000 poin jika belum ada kejelasan di AS meskipun fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.
"Peluang ke sana (IHSG di bawah 4.000) selalu ada. Sekarang ini pasar seringkali digerakkan oleh sentimen, bukan faktor fundamental," kata Prasetyantoko.
Namun dia optimistis AS tidak akan mengalami default. AS sudah berpengalaman dengan situasi semacam ini, sehingga nantinya akan ada kompromi antara pemerintah dengan kongres.
"Government shutdown dan segala implikasinya bukan kali ini saja dialami AS. Masih ada waktu untuk berkompromi. Namun bagaimana bentuk komprominya nanti, masih harus kita cermati," ucap Prasetyantoko. (detik.com)